Saat Bulan Sakit
Sore itu bintang-bintang berdandan rapi. Mereka membasuh mukanya sampai cemerlang. Matahari heran, “ Aduh....cantiknya. Kalian akan kemana ?” Mereka tersenyum. “Ke rumah Bulan,” Matahari terkejut, “Apakah di sana ada pesta? Mengapa aku tidak diundang?” “Bukan pesta,” jawab Bintang Kejora. “Kami akan menemani Bulan. Kasihan kalau dia harus bekerja sendiri di malam gelap. Karena itu kami membasuh muka sampai cemerlang. Langit yang gelap pasti akan cerah.”
Matahari menjadi sedih. “ Bulan sangat beruntung. Aku sudah bekerja keras tapi tak ada yang memperhatikan.”
Matahari ingat , jika mulai bersinar, banyak anak menangis kalau harus bangun untuk mandi dan berangkat sekolah. Siang hari pun Matahari sering mendengar orang mengeluh kepanasan. Sebaliknya, Banyak orang mengunggu Bulan. Mereka akan memandang Bulan sambil berdecak kagum.
“Indahnya Bulan hari ini. Sinarnya seperti emas.”
Matahari sangat sedih. Air mata menetes di pipinya yang merah. “A..aku memang tidak berguna. hik-hik-hik. Aku tidak mau bersinar lagi. Huuu......”
Menjelang pagi Bulan dan Bintang bintang pulang. Mereka sudah lelah setelah semalaman menerangi langit yang gelap.
Tetapi, oh...Pak Jago kebingungan. Dia sudah merasa waktunya bangun tetapi Matahari belum muncul, “ Mungkin aku bangun terlalu pagi. Kalau begitu tidur lagi ahhh.” Akibatnya semua orang terlambat bangun.
Awan segera ke rumah Matahari. Dilihatnya Matahari menutupi tubuhnya dengan selimut besar. Rambut merahnya berantakan.
“Kamu sakit?” tanya Awan.
“Tidak. Aku tidak mau keluar. Aku ini tidak berguna. Hik-hik-hik,” Matahari mulai menangis sedih. “Aku tidak seperti bulan. Dia selalu dikelilingi para bintang. Orang-orang juga selalu menunggu Bulan. Hik-hik-hik....huaaa...”
Karena Matahari tak mau muncul, Awan meminta Bulan untuk bersinar. Bulan yang sudah mengantuk akhirnya keluar lagi. Dia menggantikan Matahari. tetapi karena semalaman sudah bersinar, Bulan menjadi lesu. Sinarnya redup.
Dua hari lamanya Bulan harus bersinar siang dan malam. Tentu saja Bulan menjadi sangat lelah. Sinarnya menjadi sipit, namanya bulan sabit. Malamnya Bulan benar-benar sakit.
Matahari yang bosan meringkuk di tempat tidur keluar. Oh....diluar gelap. Ke mana Bulan ?
Awan menjawab, “Bulan sakit. Dia terpaksa menggantikanmu.”
Matahari terkejut. Dia tak menyangka kalau Bulan menggantikan dirinya. Matahari bergegas ke rumah Bulan. Dilihatnya Bulan memakai jaket tebal.
“Maafkan aku,” kata Matahari. “Aku sedih mendengarkan anak-anak tidak mau bangun pagi.”
Bulan tersenyum. “Tidak , kamu keliru. Ibu-ibu kebingungan karena baju dan kasur yang dijemur tidak kering. Tumbuhan juga memerlukan sinarmu untuk memasak makanan di daunnya.”
“Tetapi....aku tak pernah punya teman sepertimu.”
“Itu karena sinarmu sangat panas. Bintang-bintang tidak berani mendekat karena takut meleleh,” kata Bulan. “ Tetapi mereka selalu kagum pada sinarmu yang terang.”
Matahari menunduk malu. Tak pantas diri iri pada Bulan . Sejak itu Matahari tidak pernah malas bersinar.
0 komentar:
Posting Komentar