.: Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang :.

pak mario teguh

profilku

Jumat, 05 Februari 2010

MENGAJAR ANAK-ANAK DENGAN MEMANFAATKAN METODE BCM ( BERMAIN CERITA MENYANYI )

MENGAJAR ANAK-ANAK DENGAN MEMANFAATKAN METODE BCM
( BERMAIN CERITA MENYANYI )


Belajar itu penting. Mengaji itu penting. Disiplinitu penting. Siapa yang berkata seperti itu? Jawabannya mudah saja : orang dewasa! Bagaimana dengan anak-anak? Anak-anak adalah anak-anak, bukan orang dewasa yang berbentuk mini. Adalah hal yang lumrah jika anak-anak belum memiliki kesadaran setinggi itu. Bagi mereka yang penting adalah kenyamanan psikologis, kasih sayang, penghargaan, keceriaan, kegembiraan, enjoy…! Inilah yang membuat mereka bahagia. Memang, bagi anak-anak suasana hati lebih penting daripada substansi norma ajarannya.
Dua pokok pikiran di atas kedengarannya seperti sebuah paradoks, yang satu mementingkan suasananya, yang satu lagi mementingkan isisnya. Yang satumemntingkan kehariiniannya, yang lain menanamkan keesokannya., yang satu berusaha menghindari beban-beban yang berat, yang satu menekankan betapa pentingnya bersusah-susahdahulu, bersenang-senang kemudian.. Bagaimana mengkompromikan dan menemukan titik temu keduanya? Inilah persoalannya. Harus disadari bahwa keinginan orang dewasa bila ingin mencapai sasaran, harus dicapai dengan memperhatikan tuntutan jiwa anak-anak. Semua haldi atas menjadi pijakan bagi gagasan bahwa proses belajar mengajar pada anak-anak akan sangat efektif bila dikembangkan melalui pendekatan happy learning, dengan metode BCM ( Bermain, Cerita, Menyanyi ).

BERMAIN

Para ahli mengatakan bahwa tidak terlalu mudah untuk mendefinisikan pengertian mengenai bermain secara tepat. Namun secara umum,bermain sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan dengan spontan dan dalam suasana riang gembira. Garvey dalam salah satu tulisannya mengemukakan adanya lima pengertian yang berkaitan dengan bermain,yaitu:
1. Bermain adalah sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif bagi anak
2. Bermain tidak memiliki tujuan ekstrinsik,namun motivasinya lebih bersifat intrinsik.
3. Bermain bersifat spontan dan suka rela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak.
4. Bermain melibatkan peran aktif keikutsertaan anak.
5. Bermain memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain,seperti misalnya :kemampuan kreatifitas,kemampuan memecahkan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial dan sebagainya.
Pengertian ini menggambarkan bahwa apabila kegiatan bermain menyenangkan,maka anak akan terus melakukannya,namun bila sudah tidak menyenangkan maka anakpun akan menghentikan permainan tersebut.

Klasifikasi bermain.

Klasifikasi permainan ditinjau dari beberapa sudut pandang :
1. Sumber kebahagiaan :
a. Permainan aktif : sumber kebahagiaan dari diri sendiri saat ia melakukan permainan tersebut.
b. Permainan pasif : sumber kebahagiaannya dari orang lain, contohnya mendengarkan dongeng, menikmati musik dll.
2. Fungsinya :
a. Permainan intelegensi, misalnya : menerjemahkan sandi, puzzle, kuis Islami, dll.
b. Permainan rekreatif, misalnya : aneka perm. Tepuk, shodaqoh berantai dll.
3. Jumlah peserta.
a. perorangan : KKM (Kegitan Kreatif Mandiri)
b. kelompok : jihad,bisik berantai,dll
c. massal : lingkaran sholat, elang dan induk ayam.
4. Tempat :
a. out door ( di luar ruangan / kelas )
b. in door ( di dalam ruangan / kelas ).
5. Sifat permainannya :
a. Kompetitif : permainan yang dilombakan.
b. Konstruktif : permainan membangun.
c. Destruktif : permainan membongkar.

Manfaat Permainan.

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan bermain, antara lain :
1. Manfaat fisik.
2. Manfaat terapi.
3. Manfaaat edukatif
4. Manfaat kreatif.
5. Manfaat pembentukan konsep diri.
6. Manfaat sosial.
7. Manfaat moral.

Menentukan permainan sebagai media pendidikan.

Seorang pendidik / pengasuh anak-anak yang kaya akan permainan dan kreatif akan mudah akrab dengan peserta didiknya. Namun hal ini belum menjamin bahwa ia akan berhasil membawa peserta didiknya mencapai tujuan pendidikan yang sempurna atau total. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk mampu memilih media permainan yang dapat dan efektif untuk menyampaikan pesan-pesan moral yang diinginkan sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan oleh lembaga. Hal yang perlu diperhatikan dan diingat dalam memilih permainan sebagai media pendidikaan antara lain :
1. Keselarasan antara materi dengan jenis permainan.
2. Kondisi anak didik.
3. Kondisi lingkungan
4. Kegiatan terdahulu / variasi permainan
Wuntat Wawan Sembodo
AAAF BERSAMBUNG BESOK KITA SAMBUNG LAGI TEMAN...

0 komentar:

Posting Komentar