pak mario teguh
Jumat, 04 Juni 2010
les baca anak hebat indonesia
Minggu, 02 Mei 2010
teori motivasi
Pembelajaran PAKEM
A. Apa itu PAKEM? PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut: 1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. 2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. 3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’ 4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. 5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. B. Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM? 1. Memahami sifat yang dimiliki anak Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud. 2. Mengenal anak secara perorangan Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal. 3.Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang. 4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu). 5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam PEMBELAJARAN karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah. 6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram. 7.Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka. 8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAKEMenyenangkan.’ C. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM? Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama PEMBELAJARAN. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru. Kemampuan Guru Pembelajaran Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam. Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal: Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri Gambar Studi kasus Nara sumber Lingkungan Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan. Siswa: Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri Menarik kesimpulan Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. Melalui: Diskusi Lebih banyak pertanyaan terbuka Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa. Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut. Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan Guru mengaitkan PEMBELAJARAN dengan pengalaman siswa sehari-hari. Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri. Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari Menilai PEMBELAJARAN dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus. Guru memantau kerja siswa Guru memberikan umpan balik Masih penasaran......baca selengkapnya
mengenali orang dari golongan darahnya
Banyak cara untuk mengenali siswa lebih mendalam agar penanganan guru sangat tepat sesuai dengan kepribadian siswa. Salah satunya, guru dapat menegenali siswa melalui golongan darah siswa. Percaya atau tidak, golongan darah juga dapat memengaruhi kepribadian siswa. Golongan darah A Biasanya siswa yang bergolongan darah A berkepala dingin, serius, sabar dan kalem atau cool, bahasa kerennya. Berkarakter tegas, bisa diandalkan dan dipercaya meski keras kepala. Sebelum melakukan sesuatu dipikirkan terlebih dulu dan direncanakan dengan matang. Mereka mengerjakan segalanya dengan sungguh-sungguh dan konsisten, berusaha membuat diri sewajar mungkin. Mereka bisa kelihatan menyendiri dan jauh dari orang-orang. Mereka mencoba menekan perasaan mereka dan karena sering melakukannya jadi terlihat tegar kendati sebenarnya punya sisi yang lembek seperti gugup dan lain-lain sebagainya. Mereka cenderung keras terhadap orang-orang yang tak sependapat sehingga cenderung berada di sekitar orang-orang yang ber'temperamen' sama. Golongan darah B Siswa bergolongan darah B cenderung penasaran dan tertarik pada segalanya. Mereka juga cenderung punya terlalu banyak kegemaran dan hobi. Kalau sedang suka dengan sesuatu biasanya mereka menggebu-gebu tapi cepat juga bosan. Namun mereka bisa memilih mana yang lebih penting dari sekian banyak hal yang dikerjakannya. Mereka cenderung ingin jadi nomor satu dalam berbagai hal ketimbang hanya dianggap rata-rata. Tapi biasanya mereka cenderung melalaikan sesuatu jika terfokus dengan kesibukan yang lain. Dengan kata lain, mereka tak bisa mengerjakan sesuatu secara berbarengan. Mereka dari luar terlihat cemerlang, riang, bersemangat dan antusias. Namun sebenarnya hal itu semua sama sekali berbeda dengan yang ada dalam diri mereka. Mereka bisa dikatakan sebagai orang yang tak ingin bergaul dengan banyak orang. Golongan darah O Siswa yang bergolongan darah O biasanya berperan dalam menciptakan gairah untuk suatu grup selain menciptakan keharmonisan di antara para anggota grup tersebut. Figur mereka terlihat sebagai orang yang menerima dan melaksanakan sesuatu dengan tenang. Mereka pandai menutupi sesuatu sehingga kelihatan selalu riang, damai dan tak punya masalah sama sekali. Tapi kalau tak tahan, mereka pasti akan mencari tempat atau orang untuk curhat (tempat mengadu). Mereka biasanya pemurah (baik hati), senang berbuat kebajikan dan tak segan-segan mengeluarkan uang untuk orang lain. Mereka sebenarnya keras kepala juga, dan secara rahasia punya pendapatnya sendiri tentang berbagai hal. Di lain pihak, mereka sangat fleksibel dan mudah menerima hal-hal baru. Mereka cenderung mudah dipengaruhi oleh orang lain, begitu juga yang mereka lihat dari TV. Terlihat berkepala dingin dan terpercaya tapi sering tergelincir dan membuat kesalahan besar karena kurang hati-hati. Tapi hal itu yang menyebabkan orang yang bergolongan darah O ini dicintai. Golongan darah AB Siswa bergolongan darah AB ini punya perasaan sensitif dan lembut. Mereka penuh perhatian dengan perasaan orang lain dan selalu menghadapi orang lain dengan kepedulian serta hati-hati. Di samping itu mereka keras dengan diri sendiri, pun dengan orang-orang yang dekat dengannya. Mereka jadi cenderung kelihatan mempunyai dua kepribadian, sering menjadi orang yang sentimen dan memikirkan sesuatu terlalu dalam. Mereka punya banyak teman, tapi mereka butuh waktu untuk menyendiri untuk memikirkan persoalan-persoalan mereka.
Masih penasaran......baca selengkapnyamateri yang harus dikuasai guru proffesional
A. KONSEP BIMBINGAN DAN KONSELING • Hakikat dan Urgensi Bimbingan dan Konseling • Landasan Bimbingan dan Konseling • Tujuan Bimbingan dan Konseling • Fungsi, Prinsip dan Asas Bimbingan dan Konseling • Bidang Bimbingan dan Konseling • Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling • Posisi Pengembangan Diri dalam Bimbingan dan Konseling • Konsep Bimbingan Karier • Kesulitan Belajar dan Bimbingan Belajar • Informasi Karier • Layanan Bimbingan dan Konseling Sarat Nilai • Bimbingan dan Konseling di Sekolah • Pelayanan Bimbingan dan Konseling pada Sekolah Standar Nasional (SSN) • 15 Kekeliruan Pemahaman tentang Bimbingan dan Konseling • Kilas Balik Profesi Konselor di Indonesia • Rekonseptualisasi Bimbingan dan Konseling B. PROSES BIMBINGAN DAN KONSELING • Prosedur Umum Layanan Bimbingan dan Konseling • Proses Layanan Konseling Individual • Penanganan Siswa Bermasalah di Sekolah • Teknik Umum Konseling (I) • Teknik Umum Konseling (II) • Teknik Khusus Konseling • Pendekatan dan Teknik Konseling (PPT) • Pendekatan dan Teknik Konseling Behavioral • Pendekatan dan Teknik Konseling Rational-Emotif • Pendekatan dan Teknik Konseling Gestalt • Pendekatan dan Teknik Konseling Terapi Realitas • Pendekatan dan Teknik Konseling Psikoanalisis • Pendekatan dan Teknik Konseling Humanistik • Terapi Kognitif Behavioral • Konseling Pecandu Narkoba • Studi Kasus dalam Bimbingan dan Konseling • Konferensi Kasus untuk Membantu Mengatasi Masalah Siswa • Konseling FaceBook di Sekolah, Kenapa Tidak? • Pembelajaran Kompetensi Konseling Karir Mikro Melalui Metode Multi Inteligensi C. MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING • Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah • Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah • Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling • Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah • Pergeseran Pola Manajemen dan Proses Bimbingan dan Konseling • Bimbingan dan Konseling dalam Konteks Manajemen Peningkatan Mutu • Evaluasi Bimbingan dan Konseling Komprehensif • Kompetensi Konselor/Guru BK • Kualifikasi dan Kompetensi Konselor (Permendiknas No. 27/2008) • Tugas Guru BK/Konselor dan Pengawas Bimbingan dan Konseling Menurut PP No. 74 Tahun 2008 • Peran Kepala Sekolah, Guru, dan Wali Kelas • Perilaku Konselor yang Efektif dan Tidak Efektif • Keunikan dan Keterkaitan Layanan Guru dan Konselor • Standar Kompetensi Bimbingan dan Konseling di SD • Standar Kompetensi Bimbingan dan Konseling di SLTP • Standar Kompetensi Bimbingan dan Konseling di SLTA • Standar Kompetensi Bimbingan dan Konseling di PT • Rubrik Sertifikasi Konselor/Guru BK • Format Instrumen Penilaian Sertifikasi Guru BK/Konselor • Sertifikasi Konselor/Guru BK • Standar Ruang Bimbingan dan Konseling • Alat Ungkap Masalah • Inventori Tugas Perkembangan D. OPINI TENTANG BIMBINGAN DAN KONSELING • Menyoal tentang Ruang Bimbingan dan Konseling di Sekolah • Tips Advokasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah • Guru BK Tak Perlu Beri Solusi • Perjalanan Jauh Bimbingan dan Konseling sebagai sebuah Profesi • Penulis dan Konseling • In House Training di SMA Negeri 1 Kadugede • In House Training di SMA Negeri 1 Garawangi • Seminar BK di UNIKU E. MAKALAH ASING TENTANG BIMBINGAN DAN KONSELING • School Counselor and Principals • Comprehensive Guidance and Counseling Programs Use of Guidance Curricula Materials • Guidance and Counseling Comprehensive Programs : Evolution of Accountability (Norman C. Gysbers) • Counselors Role in a Changing F. DOWNLOAD SEPUTAR BIMBINGAN DAN KONSELING (Klik Disini) Makalah dan Artikel Psikologi Pendidikan A. KONSEP-KONSEP PSIKOLOGI • Psikoanalisis • Behaviorisme • Psikologi Humanistik • Memahami Perilaku Individu • Taksonomi Perilaku Individu • Memahami Emosi Individu • Pengaruh Faktor Keturunan terhadap Individu • Pengaruh Lingkungan terhadap Individu • Pola Relasi Orang Tua-Anak dan Pengaruhnya terhadap Individu • Kemampuan Individu • Kecerdasan Individu Delinkuen • Teori-Teori Motivasi • Hakikat Cinta • Perilaku Sosial • Self (Diri) • Ciri-Ciri Kepribadian yang Sehat dan Tidak Sehat • Resep Gambaran Kepribadian Sukses ala New Psycho-Cybernetics • Duapuluh Ciri-Ciri Orang Inovatif • Sekilas tentang Harga Diri (Self Esteem) • Duapuluh Ciri Kedewasaan yang Sesungguhnya • Sepuluh Kebiasaan Pribadi Sukses • Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran B. PERKEMBANGAN INDIVIDU • Konsep Perkembangan Individu • Perkembangan Kognitif • Perkembangan Individu secara Didaktis • Perkembangan Karier • Perkembangan Kepribadian • Perkembangan Perilaku Konatif • Perkembangan Moralitas • Perkembangan Keagamaan • Karakteristik Perilaku dan Pribadi Pada Masa Remaja • Problema Masa Remaja C. APLIKASI PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN • Umpan Balik yang Efektif bagi Siswa • Tujuh Prinsip Praktik Pembelajaran yang Baik • Guru dan Siswa yang Terintimidasi • Program Induksi untuk Mencegah Malpraktik dalam Pendidikan • Psikologi Pendidikan dan Guru • Konstribusi Psikologi terhadap Pendidikan • Hakikat Belajar • Teori-Teori Belajar • Upaya Mencegah Kecemasan Siswa di Sekolah • Disiplin Siswa di Sekolah • Kreativitas di Sekolah • Rasa Cinta dalam Pendidikan • Aplikasi Teori Kebutuhan Maslow di Sekolah • Pengembangan Aktivitas, Kreativitas dan Motivasi Siswa • Perilaku Nyontek di Sekolah • Sekolah Berbahaya • IQ, EQ dan SQ: Dari Kecerdasan Tunggal ke Kecerdasan Majemuk • Bagaimana Menghilangkan Cemas & Memulai Hidup Baru • Mengelola Stres • 14 Cara Menumbuhkan Semangat Kerjasama di Sekolah • Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar Makalah dan Artikel Kurikulum dan Pembelajaran A. Konsep Kurikulum • Pengertian Kurikulum • Teori Pendidikan dan Kurikulum • Landasan Pengembangan Kurikulum • Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum • Model Pengembangan Kurikulum • Komponen-Komponen Kurikulum • Manajemen Kurikulum • Perubahan Kurikulum • Pengelolaan Kurikulum pada Sekolah Standar Nasional • Pengembangan Diri Dalam KTSP • Informasi Seputar KTSP • Perbandingan Kurikulum 2004 dengan KTSP B. Konsep Pembelajaran • Konsep PAKEM • Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif • Quantum Learning • Pembelajaran Kontekstual • Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) • Teori Belajar Konstruktivisme • Lima Unsur Lingkungan Pembelajaran Konstruktivisme • Empat Pilar Belajar • Pembelajaran Pengayaan dalam KTSP • Pembelajaran Remedial dalam KTSP • Konsep Dasar Pendidikan Berbasis Keunggulan (PBKL) • Pembelajaran Tematik di Kelas Awal SD • Hakikat Pendidikan • Pendekatan-Pendekatan dalam Teori Pendidikan • Pendidikan yang Memerdekakan • Pendidikan dari Jaman ke Jaman • Pendidikan Multikultural di Indonesia • Pendidikan Holistik • Pendidikan Sepanjang Hayat (I) • Pendidikan Sepanjang Hayat (II) • Konsep, Ruang Lingkup, dan Sasaran Pendidikan Umum • Pergeseran Paradigma Pendidikan dari Behavioristik ke Konstruktivistik • Komparasi Pembelajaran Behavioristik dan Kontruktivistik • 10 Megatrend tentang Belajar • 9 Prinsip Pendidikan Orang Dewasa • Peran Pendidikan Menuju Bangsa Yang Bermartabat C. Proses Pembelajaran • Persiapan Mengajar • Tujuan Pembelajaran Sebagai Komponen Penting dalam Pembelajaran • Panduan Umum Pengembangan SIlabus • Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model Pembelajaran • Strategi Pembelajaran • Prosedur Pembelajaran • Pengembangan Bahan Ajar • Model Pembelajaran Inovatif (I) • Model Pembelajaran Inovatif (II) • Cooperative Lerning -Metode Jigsaw • Pembelajaran Kooperatif – Metode Group Investigation • Model Pembelajaran Afektif • Model Pembelajaran pada Sekolah Standar Nasional • Media Pembelajaran • SlideShare.net untuk Pembelajaran • Teknologi Pembelajaran • Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Teknologi Pembelajaran • Sumber Belajar untuk Mengefektifkan Pembelajaran • Ice Break Tayangan Multimedia • Game (Ice Break) dalam Pembelajaran (I) • Game (ice Break) dalam Pembelajaran (II) • Game (Ice Break) dalam Pembelajaran (III) • Teknik Pengelolaan Kelas • Penataan Tempat Duduk dalam Pengelolaan Kelas • Team Teaching D. Penilaian Pembelajaran • Penilaian Pembelajaran dalam KTSP • Kriteria Ketuntasan Minimal (I) • Kriteria Ketuntasan Minimal (II) • Kontroversi Ujian Nasional • Inilah Aneka Berita Seputar Pro-Kontra Kebijakan Ujian Nasional • Penilaian Portofolio • Pengembangan Indikator dalam KTSP • Penilain Ranah Psikomotorik • Penilaian Ranah Afektif • Sistem Penilaian Pada Sekolah Standar Nasional E. Tentang Guru • Peran Guru dalam Pendidikan • Guru sebagai Motivator • Guru sebagai Fasilitator • Ciri-Ciri Guru Konstruktivis • Guru dan KTSP • Guru dan Praktik Pembelajarannya • Proposisi Inti Kompetensi Guru • Bentuk Budaya Guru • Peran Kepala Sekolah dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru • Manajemen Kinerja Guru • Lima Cara Guru Belajar • Revitalisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) • Pelatihan Guru • Pemberdayaan Guru • Masalah Sertifikasi Guru (I) • Masalah Sertifikasi Guru (II) • Sebelas Asumsi Pendidik akan Diperlakukan dengan Hormat • Tugas Guru Mata Pelajaran Menurut Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 • Tips Sukses Menjadi Guru ala Gisele Glosser • Mewaspadai Berbagai Penyakit yang Dapat Menyerang Guru F. Inovasi dan Peningkatan Mutu Pembelajaran • Peningkatan Mutu Pembelajaran • Penelitian Tindakan Kelas (I) • Penelitian Tindakan Kelas (II) • Karya Tulis Ilmiah Guru • Persyaratan dan Kriteria Karya Tulis Ilmiah Guru • Supervisi Klinis untuk Perbaikan Pembelajaran • Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran • Menggagas Lesson Study di SMP Negeri 1 Kadugede-Kabupaten Kuningan G. Download Seputar KTSP (Klik Disini) Makalah dan Artikel Manajemen Pendidikan A. KONSEP DAN SUBSTANSI MANAJEMEN PENDIDIKAN • Konsep Dasar Manajemen Sekolah • Konsep Dasar Manajemen Peserta Didik • Konsep Dasar Manajemen Keuangan Sekolah • Konsep Dasar Manajemen Peran Serta Masyarakat • Manajemen Sekolah dalam Upaya Mengantisipasi Perubahan • Manajemen Kinerja Guru • Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah dan KTSP • Konsep Visi Sekolah • Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) • Analisis Situasi Sekolah dalam Pengembangan KTSP • Strategi Pengembangan Sekolah Unggul • Sepuluh Langkah Menjaga Kehidupan Inovasi dalam Organisasi • Difusi Inovasi • Makna Baru Perubahan Pendidikan • Image Perubahan Pendidikan • Enam Mithos tentang Kreativitas • Sepuluh Cara Meningkatkan Inovasi • Budaya Organisasi di Sekolah • Pengembangan Budaya Sekolah • Sekolah Sehat dan Sekolah Sakit • Iklim Sekolah Kaitannya dengan Hasil Akademik dan Non Akademik Siswa • Konsep Disiplin Kerja • Tiga Belas Ciri Sekolah Bermutu • Mutu Pendidikan Kita Rendah… Salah Siapa? • Memperbaiki Mutu Pendidikan Sekolah Melalui Team Work • Konsep Dasar Sekolah Kategori Mandiri-Sekolah Standar Nasional • Peran Strategis Komite Sekolah • Tujuh Sikap Mencairkan Konflik di Sekolah • Sebelas Karakteristik Manajemen Sekolah • [download] Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2009 tentang Tambahan Penghasilan Bagi Guru PNS • Sekilas Mengenal tentang Tunjangan Profesi Guru • [Download] Petunjuk Teknis Pembayaran Tunjangan Profesi Guru Tahun 2010 • Sekilas tentang Biaya Pendidikan B. KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN • Kepemimpinan Pendidikan • Kepemimpinan Kepala Sekolah • Kompetensi Kepala Sekolah • Kualifikasi Kepala Sekolah • Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah • Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah • Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah • Tujuh Puluh Persen (70%) Kepala Sekolah Tidak Kompeten • Kepemimpinan Perempuan • Tigas Belas Faktor Menjadi Kepala Sekolah yang Efektif • Profil Manajer dan Pemimpin Pendidikan yang Dibutuhkan Saat ini C. PENGAWASAN PENDIDIKAN • Hakikat Pengawasan Sekolah • Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas Sekolah • Perencanaan, Pelaksanaan dan Pelaporan Pengawasan • Quality-Based Educational Supervision (QBES): Membangun Pengawasan Pendidikan yang Berorientasi Mutu • Kualifikasi Pengawas Sekolah • Kompetensi Pengawas Sekolah • Pembinaan dan Pengembangan Karier Pengawas Sekolah • Standar Mutu Pengawas Sekolah • Peran Pengawas Sekolah Harus Direvitalisasi • [Kompetensi Sosial Pengawas] Mengembangkan Kemitraan • [Kompetensi Sosial Pengawas] Mengembangkan Komunikasi Efektif • Program Penguatan Kemampuan Kepala dan Pengawas Sekolah 2010 • Peran Pengawas Sekolah Harus Direvitalisasi D. SUBSTANSI TUGAS-TUGAS KEPENGAWASAN PENDIDIKAN • Akreditasi Sekolah • Sekilas tentang Kebijakan Akreditasi Sekolah • Sekilas tentang Visitasi Akreditasi Sekolah • Koleksi Instrumen Supervisi • Instrumen Kinerja Sekolah Standar Nasional • Konsep Penilaian Portofolio Guru • Konsep Penilaian Kinerja Guru • Evaluasi Kinerja Guru oleh Siswa • Kepengawasan di Belanda (Makalah dari luar) • Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas • [download] Permendiknas RI No. 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan • [download] Buku 1 Pedoman Peserta Sertifikasi Guru dan Pengawas Sekolah Tahun 2010 • [Download Edisi Revisi] Buku Pedoman Penetapan Peserta Sertifikasi Guru Tahun 2010 • Informasi Terkini tentang Penyelenggaraan Sertifikasi Guru Tahun 2010 • Program Pengawasan Sekolah E. DOWNLOAD ANEKA INSTRUMEN SIPERVISI (Klik Disini) F. DOWNLOAD ANEKA REGULASI PENDIDIKAN (Klik Disini) G. DOWNLOAD SEPUTAR MANEJEMEN Klik (Disini) Makalah dan Artikel Sosial, Budaya dan Filsafat A. SOSIAL-BUDAYA 1. Tentang Korupsi • Korupsi di Indonesia Ibarat Kanker Ganas: Jangan Mati Gara-gara Korupsi • Prihatin ! Ketua KPK Dicegah ke Luar Negeri • KPK Temukan Potensi Penyimpangan DAK Pendidikan Rp. 2,2 Trilyun • [opini] KPK… Haruskah Tamat Riwayatmu? • Inilah Korupsi di Dunia Pendidikan Kita • Benda dan Manusia Busuk 2. Tentang Politik • Kabinet Indonesia Bersatu II Dilihat dari Latar Pendidikan dan Usia • Hasil Quick Count Pilpres 2009, SBY-Boediono Presiden RI Periode 2009-2014 • Catatan Atas Visi Pendidikan Capres dan Wapres: “Judul Tanpa Isi” • MEGAWATI-PRABOWO, SBY-BOEDIONO, JK-WIRANTO, Ayo Keluarkan Isi Benak Anda tentang Pendidikan di Negeri ini! • Pembelajaran diri dalam PEMILU Legislatif 2009 • Partai Golput • Benarkah Bom Ritz Calton-Marriott Terkait dengan Hasil Pilpres 2009 • Inilah Program 100 hari Depdiknas • Inilah Berita-Berita Miring Seputar Acara Debat Capres 2009 • Guru Ratu dan Orang Tua: Kepentingannya dengan RUU Pornografi dan Pornoaksi • Wafatnya Soeharto dan Pendidikan Demokrasi 3. Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi • Sekolah sebagai Agen Penyebar Virus Positif Karakter dan Budaya Bangsa • Membaca untuk Pengetahuan • Fenomena 2012 Ternyata Hanya Siklus 11 Tahunan • Inilah Program 100 Hari Depdiknas • Inilah Muslim dan Muslimah yang Pernah Menjelajah Ruang Angkasa • Jaman Pra Listrik dan Pasca Listrik • Hati-hati ! Printer Laser Berpotensi Membahayakan Tubuh Anda • Cadillac One: Mobil Dinas Obama • Mengenal Bugiakso: Sang Penggagas Blog Competition 2009 • Dicari Buku-Buku tentang Model Pembelajaran Inovatif yang Lengkap • Qalam: Majalah Psikologi Islam • Majalah Ilmiah Populer Bina Akademika 4. Tentang Blog dan Internet • Gara-gara nge-blog, dipanggil Depdiknas • [Bad Connection] Setelah Kebijakan Tarif Baru TelkomselFlash • Sisi Lain tentang Mesin Pencari (Search Engine) di Jagat Maya • Workshop Penyempurnaan Bahan Ajar Berbasis TIK • Pengalaman Satu Tahun Menjadi Blogger • Perubahan Situs • Menjadi Peringkat Pertama di “Blog-Indonesia” • Situs ABKIN seperti Rumah yang Terlantar • Inilah 100 Blog Paling Populer Tahun 2009 Versi blog-indonesia.com!
Masih penasaran......baca selengkapnyaSabtu, 01 Mei 2010
Quantum learning
Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan. Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik-teknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas (yang terkait dengan sifat jurnalisme). Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Para murid di dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-poster besar, yang menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni pengajaran sugestif bermunculan. Prinsip suggestology hampir mirip dengan proses accelerated learning, pemercepatan belajar: yakni, proses belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Suasana belajar yang efektif diciptakan melalui campuran antara lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara berpikir positif, dan emosi yang sehat. “Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan posistif – faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang (Bobby De Porter dan Hernacki, 1992) Selanjutnya Porter dkk mendefinisikan quantum learning sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.” Mereka mengamsalkan kekuatan energi sebagai bagian penting dari tiap interaksi manusia. Dengan mengutip rumus klasik E = mc2, mereka alihkan ihwal energi itu ke dalam analogi tubuh manusia yang “secara fisik adalah materi”. “Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya”. Pada kaitan inilah, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. Termasuk konsep-konsep kunci dari teori dan strategi belajar, seperti: teori otak kanan/kiri, teori otak triune (3 in 1), pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestik), teori kecerdasan ganda, pendidikan holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol (metaphoric learning), simulasi/permainan. Beberapa hal yang penting dicatat dalam quantum learning adalah sebagai berikut. Para siswa dikenali tentang “kekuatan pikiran” yang tak terbatas. Ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang dimilliki oleh Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah yang memerikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian Global Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang anak 6-7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan “cara yang menyenangkan dan bebas stres”. Bagaimana faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan telah menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini menegaskan bahwa kegagalan, dalam belajar, bukan merupakan rintangan. Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat pendamping dan pendorong bagi keberhasilan dalam proses belajar. Setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan “kegembiraan dan tepukan.” Berdasarkan penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan struktur otak manusia bekerja, dibuat model pembelajaran yang dapat mendorong peningkatan kecerdasan linguistik, matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intarpersonal, dan intuisi. Bagaimana mengembangkan fungsi motor sensorik (melalui kontak langsung dengan lingkungan), sistem emosional-kognitif (melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan kecerdasan yang lebih tinggi (melalui perawatan yang benar dan pengondisian emosional yang sehat). Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak “kiri dan kanan”. Proses berpikir otak kiri (yang bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional), misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-tugas teratur yang bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detil dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Proses berpikir otak kanan (yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik), dikenakan dengan proses pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan nonverbal (seperti perasaan dan emosi), kesadaran akan perasaan tertentu (merasakan kehadiran orang atau suatu benda), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi. Semua itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang menargetkan tumbuhnya “emosi positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri.” Keempat unsur ini bila digambarkan saling terkait. Dari kehormatan diri, misalnya, terdorong emosi positif yang mengembangkan kekuatan otak, dan menghasilkan keberhasilan, lalu (balik lagi) kepada penciptaan kehormatan diri. Dari proses inilah, quantum learning menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Membuat simulasi konsep belajar aktif dengan gambaran kegiatan seperti: “belajar apa saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang Anda pelajari untuk keuntungan Anda, mengupayakan agar segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan.” Gambaran ini disandingkan dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya potensi belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.” Dalam kaitan itu pula, antara lain, quantum learning mengonsep tentang “menata pentas: lingkungan belajar yang tepat.” Penataan lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar. Peserta didik quantum dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Dengan mengatur lingkungan belajar demikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar. Penataan lingkungan belajar ini dibagi dua yaitu: lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik melakukan proses belajar (bekerja dan berkreasi). Quantum learning menekankan penataan cahaya, musik, dan desain ruang, karena semua itu dinilai mempengaruhi peserta didik dalam menerima, menyerap, dan mengolah informasi. Ini tampaknya yang menjadi kekuatan orisinalitas quantum learning. Akan tetapi, dalam kaitan pengajaran umumnya di ruang-ruang pendidikan di Indonesia, lebih baik memfokuskan perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur seperti: meja, kursi, tempat khusus, dan tempat belajar yang teratur. Target penataannya ialah menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan santai mendorong siswa untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu belajar dengan sangat mudah. Keadaan tegang menghambat aliran darah dan proses otak bekerja serta akhirnya konsentrasi siswa. Lingkungan makro ialah “dunia yang luas.” Peserta didik diminta untuk menciptakan ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk memperluas lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya. “Semakin siswa berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir mengatasi sistuasi-situasi yang menantang dan semakin mudah Anda mempelajari informasi baru,” tulis Porter. Setiap siswa diminta berhubungan secara aktif dan mendapat rangsangan baru dalam lingkungan masyarakat, agar mereka mendapat pengalaman membangun gudang penyimpanan pengertahuan pribadi. Selain itu, berinteraksi dengan masyarakat juga berarti mengambil peluang-peluang yang akan datang, dan menciptakan peluang jika tidak ada, dengan catatan terlibat aktif di dalam tiap proses interaksi tersebut (untuk belajar lebih banyak mengenai sesuatu). Pada akhirnya, interaksi ini diperlukan untuk mengenalkan siswa kepada kesiapan diri dalam melakukan perubahan. Mereka tidak boleh terbenam dengan situasi status quo yang diciptakan di dalam lingkungan mikro. Mereka diminta untuk melebarkan lingkungan belajar ke arah sesuatu yang baru. Pengalaman mendapatkan sesuatu yang baru akan memperluas “zona aman, nyaman dan merasa dihargai” dari siswa. Sumber : Septiawan Santana Kurnia, Quantum Learning bagi Pendidikan Jurnalistik: (Studi pembelajaran jurnalistik yang berorientasi pada life skill); on line : Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan www.depdiknas.go.id
Masih penasaran......baca selengkapnyapsikologi humanistik
Teori Psikologi Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang meyakini bahwa untuk mengkaji perilaku individu harus dilakukan terhadap setiap aktivitas individu yang dapat diamati, bukan pada peristiwa hipotetis yang terjadi dalam diri individu. Oleh karena itu, penganut aliran behaviorisme menolak keras adanya aspek-aspek kesadaran atau mentalitas dalam individu. Pandangan ini sebetulnya sudah berlangsung lama sejak jaman Yunani Kuno, ketika psikologi masih dianggap bagian dari kajian filsafat. Namun kelahiran behaviorisme sebagai aliran psikologi formal diawali oleh J.B. Watson pada tahun 1913 yang menganggap psikologi sebagai bagian dari ilmu kealaman yang eksperimental dan obyektif, oleh sebab itu psikologi harus menggunakan metode empiris, seperti : observasi, conditioning, testing, dan verbal reports. Teori utama dari Watson yaitu konsep stimulus dan respons (S-R) dalam psikologi. Stimulus adalah segala sesuatu obyek yang bersumber dari lingkungan. Sedangkan respon adalah segala aktivitas sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi. Watson tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku dan perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting. Pemikiran Watson menjadi dasar bagi para penganut behaviorisme berikutnya. Teori-teori yang dikembangkan oleh kelompok behaviorisme terutama banyak dihasilkan melalui berbagai eksperimen terhadap binatang. Berikut ini disajikan beberapa teori penting yang dihasilkan oleh kelompok behaviorisme: 1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike. Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya: • Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons. • Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. • Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih. 2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya : • Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat. • Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun. 3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya : • Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat. • Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah. Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning. 4. Social Learning menurut Albert Bandura Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Masih penasaran......baca selengkapnyaMinggu, 21 Februari 2010
Selasa, 16 Februari 2010
Mengenali Aral Kreatifitas
Lagi pula, untuk jadi kreatif ternyata tidak cukup berbekal skill dan kemampuan kreatif belaka. John G. Young, pengarang buku berjudul Will and Won’t: Autonomy and Creativity Blocks (2002), berkesimpulan bahwa kreatifitas juga membutuhkan kemauan atau motivasi. Mengapa? “Sebab memiliki ketrampilan, bakat, dan kemampuan kreatif tidak otomatis membuat seseorang melakukan aktivitas yang menghasilkan output kreatif. Ia bisa memilih tidak melakukan aktivitas kreatif. Jadi faktor dorongan atau motivasi sangat penting di sini,” tegas Young. Creativity blocks Madhukar Shukla, pengarang buku The Creative Muse: Story of Creativity and Innovation, menyatakan, “Beda antara orang kreatif dan yang tidak hanyalah pada kemampuan orang kreatif dalam menghalau aral (penghalang) kemampuan kreatifitas.” Paparan-paparan tersebut menegaskan bahwa semua orang memiliki karunia kreatifitas. Namun, sekalipun semua orang berpotensi dan punya bakat kreatif, ada penghalang tertentu yang menyebabkan adanya kecenderungan orang yang satu bisa lebih kreatif daripada yang lain. Ini menghantarkan kita pada pertanyaan; bagaimana cara menghilangkan aral atau penghalang-penghalang kreatifitas tersebut? Tentu saja langkah awalnya adalah dengan mengenali anatomi aral kreatifitas. Ringkasnya, aral kreatifitas (creativity block) adalah kondisi internal maupun eksternal (lingkungan) yang menghalangi proses kreatif. Aral internal berasal dari dalam diri individu sendiri dan bisa berbentuk pola pikir, paradigma, keyakinan, ketakutan, motivasi, dan kebiasaan. Ada kalanya seseorang mempunyai bakat-bakat kreatif dan tertantang untuk mengembangkannya. Sayang, lingkungan sekitar bukannya mendukung dan mewadahi, namun malah menghalanginya. Kondisi lingkungan yang menghambat kreatifitas dan ini bisa berupa aral sosial, organisasi, dan kepemimpinan. Secara singkat, pembahasan kedua jenis aral kreatifitas tersebut adalah sbb: Aral pola pikir Dalam konteks kreatifitas, dikenal dua pola berpikir. Pertama adalah pola pikir produktif yang artinya jika dihadapkan pada suatu masalah, seseorang akan berusaha menemukan cara berpikir berbeda, cara pandang baru (sekalipun tidak selalu orisinil), sikap dan perilaku berbeda, merespon dengan cara-cara non konvensional, bahkan unik. Pola semacam inilah yang membuka jalan dan selalu merangsang kreatifitas seseorang. Kedua, adalah pola pikir reproduktif yang artinya jika dihadapkan pada masalah, seseorang akan cenderung merespon dengan cara yang sama, mengulang pola pikir atau cara pemecahan lama yang sudah terbukti berhasil. Itu sebabnya pola pikir reproduktif menjadi salah satu penyebab utama kekakuan berpikir, dan dengan demikian menjadi aral kreatifitas. Seringkali, pola pikir reproduktif berlangsung secara mekanikal atau nyaris otomatis. Dan ini terkondisikan oleh hasil pendidikan model skolastik atau lingkungan yang menuntut cara-cara berpikir praktis dan sangat terstruktur. Sampai pada saat kita mentok dalam upaya pencarian variasi solusi, di titik itulah baru kita sadari keterbatasan pola pikir reproduktif. Aral paradigma Tak beda jauh dengan aral pola pikir adalah aral paradigma. Sebagai cara mempersepsi, memahami, dan menafsirkan dunia sekelilingnya, atau alat untuk melahirkan gambaran batin, paradigma seseorang sangat mempengaruhi kreatifitas. Seorang dengan paradigma anti konflik umumnya kurang menyukai perubahan, atau bahkan membenci perubahan yang lebih dianggap sebagai ancaman terhadap kemapanan daripada dipersepsi sebagai peluang perbaikan. Padahal, kreatifitas seringkali merupakan aktivitas yang melampaui kemapanan. Kreatifitas dapat terlahir atau terstimulasi melalui benturan, persinggungan, percampuran, dan penyatuan berbagai unsur yang berbeda atau bahkan saling bertentangan. Aral keyakinan Turunan dari paradigma adalah keyakinan yang bisa menjadi pendorong atau justru menjadi faktor penghambat kreatifitas. Kreatifitas sering memunculkan output baru yang berlawanan atau bahkan mengalahkan hal lampau, mengalahkan senioritas, mengalahkan pengalaman, atau mengalahkan hirarki. Dalam hal keyakinan yang dianut menabukan inisiatif, mengharuskan penghormatan pada senioritas, hirarki, atau pengalaman misalnya, maka manifestasi kreatifitas umumnya relatif terhambat. Nah, sampai batas mana individu bisa mengelola aral ini, sampai pada batas itulah ia bisa menyediakan ruang kreatifitas bagi dirinya sendiri. Aral ketakutan Barangkali aral kreatifitas yang paling mudah dikenali adalah rasa takut. Aral ini bisa berupa takut diabaikan, takut dicemooh, takut dievaluasi, takut dihakimi, takut dianggap bodoh, takut pada ketidaksempurnaan, takut mencoba, takut ambil risiko, takut ide tidak berjalan seperti yang diharapkan, takut gagal, dll. Salah satu sebab mengapa banyak rapat-rapat kurang maksimal atau kurang kreatif adalah karena masih kuatnya aral ketakutan yang membelenggu para pesertanya. Pendek kata, kebanyakan rasa takut membuat seseorang cenderung enggan mewujudkan potensi dan mengembangkan kreatifitasnya. Aral motivasional Motif sangat mempengaruhi sikap, perilaku, keinginan, atau tindakan-tindakan sengaja lainnya. Tanpa motivasi orang cenderung tidak terdorong dan tidak tergerak untuk meraih sesuatu yang diinginkannya. Padahal kreatifitas sering menuntut satu rangkaian persiapan, pemikiran, pendefinisian persoalan, dan pemecahannya. Semuanya membutuhkan —dalam derajat tertentu— usaha dan kerja keras. Bila motivasi rendah, orang cenderung kurang menyukai kerja keras, kurang tekun, dan enggan memanfaatkan kemampuan kreatifnya untuk memecahkan tantangan. Aral kebiasaan Sebagai perpaduan antara pengetahuan, ketrampilan, dan keinginan, maka kebiasaan pun jelas berpengaruh pada kreatifitas. Orang-orang kreatif umumnya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang menstimulasi kreatifitas. Sementara orang-orang yang kurang kreatif juga memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang sayangnya bisa meredam kreatifitas. Misalnya; suka menghindari masalah (bukannya mencari solusi), malas berpikir, menghindari tantangan, menghindari tanggung jawab, menghakimi ide-ide baru, berpuas diri, menghindari hal-hal imajinatif, dll. Dihadapkan pada kebiasaan-kebiasaan maka tantangan kreatifitas tidak ada artinya. Aral sosial Kreatifitas kadang bukan semata aktivitas individual sehingga langsung atau tidak juga dipengaruhi aspek sosial. Situasi sosial tertentu cukup apresiasif dan menghargai kreatifitas dengan layak sehingga bisa lebih memotivasi indvidu-individu untuk produktif dan kreatif. Sementara situasi sosial lainnya relatif kurang apresiasif atau bahkan mengekang. Pendidikan tradisional misalnya, sering dianggap sebagai salah satu produk sosial yang kurang memberi tempat bagi kreatifitas. Aral organisasi Kini organisasi bisnis menempatkan kreatifitas sebagai motor sekaligus bahan bakar inovasi. Sekalipun peran kreatifitas diakui besar, namun banyak organisasi gagal menyediakan lingkungan atau iklim yang kondusif bagi kreatifitas. Organisasi yang konservatif biasanya kurang merangsang kreatifitas. Sebut pula batasan-batasan seperti hirarki, aturan yang tidak fleksibel, ketiadaan wadah bagi ekspresi kreatif, egoisme antar departemen, buruknya komunikasi, atau situasi organisasi yang sangat terpolitisasi. Potensi kreatif individu sering tidak maksimal dalam iklim seperti ini. Aral kepemimpinan Dalam kehidupan sosial dan organisasional, faktor gaya kepemimpinan juga berpengaruh secara signifikan terhadap proses kreatifitas. Jika pemimpin organisasi kurang memberi ruang kebebasan, kurang bisa momotivasi, tidak mampu memberi tantangan, tidak mampu mengelola hasrat kreatif, kurang memberi penghargaan, tidak memberi kepercayaan, tidak mendukung, dan tidak mampu menciptakan lingkungan yang kondusif, maka kreatifitas individu-individu dalam organisasi jelas akan terhambat. Seberapa kreatif individu-individu dalam tim, namun jika tidak didukung oleh kemampuan manajemen kreatif pemimpinnya, hasilnya juga kurang menggembirakan Masih penasaran......baca selengkapnya
7 Kebiasaan Orang Kreatif
7 Kebiasaan Orang Kreatif
Dalam artikel sebelumnya telah dibahas berbagai jenis aral kreatifitas (creativity blocks), baik yang sifatnya internal seperti aral pola pikir, paradigma, keyakinan, ketakutan, motivasional, kebiasaan, atau yang bersifat eksternal seperti aral sosial, organisasi, dan kepemimpinan. Kabar baiknya, para pakar kreatifitas menegaskan bahwa setiap orang memiliki potensi kreatif dan kreatifitas itu sendiri dapat dipelajari dan ditingkatkan.
Memang, faktor-faktor seperti pengetahuan, penguasaan teknik, pengalaman praktis, dan motivasi sangat penting peranannya dalam membuka dan mengembangkan potensi kreatifitas. Namun, tak kalah penting adalah pengembangan kebiasaan-kebiasaan positif yang merangsang cara berpikir atau tindakan kreatif
Kebiasaan adalah tingkah laku yang dijalankan secara konsisten dan berulang-ulang. Sementara kebiasaan kreatif adalah tingkah laku yang dijalankan secara konsisten, yang berakibat pada lahirnya berbagai bentuk output kreatif. Orang kreatif memiliki kebiasaan-kebiasaan positif yang mampu mengeliminir aral kreatifitas, dan ujung-ujungnya adalah mengaktualisasikan potensi kreatif. Begitu melekatnya kebiasaan tersebut sehingga memunculkan karakteristik khusus yang menggambarkan seperti apa orang kreatif itu.
Sesungguhnya, bagi mereka yang merasa dirinya tidak atau kurang kreatif, mengembangkan kebiasaan kreatif menjadi cara yang ampuh untuk mengaktualisasikan potensi atau meningkatkan kreatifitasnya. Nah, kebiasaan-kebiasaan positif apa yang kondusif bagi proses kreatif? Berikut pembahasannya:
1. Bersikap terbuka
Satu kebiasaan utama orang kreatif adalah pada sikapnya yang terbuka terhadap segala macam ide, gagasan, dan pemikiran, mulai dari yang lurus-lurus saja sampai yang tergolong kontroversial. Ini bertolak belakang dengan kecenderungan kebanyakan orang yang hanya menerima hal yang disukai, diinginkan, dan tidak bertentangan dengan dirinya.
Bagi orang kreatif, sesuatu yang lain daripada yang lain, yang baru, yang menantang, yang sekilas nampak tidak masuk akal, yang mengandung misteri, atau segala sesuatu yang begitu mengusik rasa ingin tahunya, merupakan menu menggairahkan yang setiap waktu memenuhi perhatiannya.
Kebiasaan inilah yang mengondisikan pikiran orang-orang kreatif selalu dalam keadaan terbuka, peka, dan siap menerima hal baru. Kebiasaan ini memudahkan mereka beradaptasi dan merespon secara positif (positive thinking) berbagai bentuk perubahan di sekelilingnya. Inilah kelebihan orang-orang kreatif sehingga banyak perubahan, penemuan teknologi baru, atau karya-karya spektakuler yang muncul dari proses kreatif mereka.
Hampir semua perubahan besar dan strategis menuntut pergeseran-pergeseran atau bahkan pembalikan atas paradigma lama. Hanya dengan paradigma yang terbuka saja maka perubahan-perubahan besar bisa terjadi. Dalam dunia pemasaran pun, perubahan-perubahan radikal hanya bisa disuguhkan oleh perusahaan-perusahaan yang memberi peran penting kepada orang-orang kreatif.
2. Berani mencoba
Tak ada yang bisa menandingi keberanian orang-orang kreatif dalam bereksperimen dengan hal-hal baru, asing, atau bahkan yang nampak tidak masuk akal. Sejalan dengan sikapnya yang terbuka dan hasrat ingin tahunya yang besar, orang kreatif selalu mencoba banyak hal baru. Orang kreatif sama saja dengan kebanyakan orang yang memiliki rasa takut terhadap hal-hal tertentu yang tidak sepenuhnya dia kenal. Yang membedakan dia dengan orang kebanyakan hanyalah pada tingkat keberaniannya untuk mencoba.
Dengan mencoba orang kreatif menemukan banyak hal baru, memecahkan teka-teki atau misteri yang membuatnya penasaran, dan tentu saja memuaskan hasrat ingin tahunya yang begitu besar. Pengalaman mencoba adalah sesuatu yang sangat bernilai bagi orang kreatif. Ini membawanya kepada kebiasaan berikutnya yang tak kalah pentingnya; menyukai tantangan.
3. Menyukai tantangan
Jika ditanya hal apa yang bisa begitu menggerakkan orang-orang kreatif menuju karya-karya spektakuler mereka, jangan heran kalau jawabannya adalah tantangan. Orang-orang kreatif adalah para master dalam membangkitkan antusiasme dan motivasi berkreasi, baik dari dalam maupun dari luar. Ia bisa menciptakan tantangan-tantangan pribadi dan merespon secara kuat tantangan dari luar. Tantangan selalu mengusik, mengganggu, bahkan menghantui orang kreatif. Pada saat yang sama, tantangan menjadi sumber energi yang luar biasa yang memacunya untuk berani menghadapi, bahkan mengalahkan tantangan tersebut.
Jadi, tantangan menjadi bagian dari aktualisasi diri orang-orang kreatif. Menyongsong tantangan selalu berarti kesempatan untuk meneguhkan jatidirinya. Sementara menghindari atau melewatkan tantangan selalu berarti mengeroposkan pondasi keyakinan diri dan eksistensinya. Maka jangan heran jika catatan rekor dunia dipenuhi oleh aksi-aksi ekstrim dan spektakuler dari orang-orang kreatif ini.
4. Mengolah
Hati-hati memberi perintah kepada orang kreatif. Jika perintah Anda tidak detail atau tanpa rambu-rambu yang jelas, bisa-bisa Anda jadi gemas dengan cara dia menggocek sana-sini untuk mencapai tujuan sesuai dengan seleranya. Jangan berharap orang kreatif rela membiarkan sesuatu berjalan atau dalam keadaan seperti yang sudah-sudah, apa adanya, biasa-biasa saja, dan memuaskan orang-orang konservatif. Jangan pula heran jika melihatnya sering sibuk menambah, mengurangi, membagi, memperkecil, memperbesar, memadukan, memoles, atau sedang asyik menjungkirbalikkan dalil-dalil konvensional.
Orang-orang kreatif sangat ahli dalam menyiasati berbagai bentuk aral eksternal. Mereka juga cenderung independen dalam melakukan aktivitasnya dan selalu memasukkan roh ‘kepribadiannya’ dalam proses tersebut. Proses kreatif —dan ini cenderung merambah ke segala bentuk proses— bagi orang kreatif berarti proses aktulaisasi diri. Dia selalu tertantang untuk mengolah aspek internal dan eksternal demi mencapai hasil —yang menurut perkiraan dan imajinasinya— lebih baik, bernilai, unik, dan lebih bercita-rasa.
5. Imajinatif
Jika Anda melarang orang-orang kreatif berimajinasi, maka Anda seperti melempar mereka ke tengah-tengah gurun yang panas terik gersang meradang nan kerontang tanpa setetes air pun. Berlebihan! Imajinasi adalah karunia ilahi yang dasyat yang hanya dihadiahkan Tuhan YME kepada mahkluk kesayangannya, yaitu umat manusia. Imajinasi adalah nafasnya kreatifitas. Tanpa imajinasi tidak ada kreatifitas. Dengan imajinasinya orang-orang kreatif mampu menciptakan dunia yang tak terbatasi oleh dimensi waktu; masa lalu, masa kini, masa mendatang, atau masa yang hingga kini belum terdefinisikan.
Orang kreatif terbilang memanjakan imajinasinya, sesuatu yang dia pelajari dari kebiasaan anak-anak dalam masa pertumbuhan mereka. Orang kreatif cenderung terus menyegarkan imajinasinya dengan teknik-teknik, stimulan-stimulan, aktivitas, kebiasaan, bahkan ritual tertentu. Dengan kekuatan imajinasi inilah orang mendapat bahan mentah bagi proses kreatif dan hasil inovatifnya.
6. Menyukai variasi
Orang kreatif kurang menyukai hal-hal yang sifatnya monolitik, monoton, dikotomis, hitam-putih, benar-salah, atau pengkategorian-pengkategorian yang membatasi ekspresi kreatifnya. Sebaliknya mereka terbiasa untuk berpikir alternatif, menyuguhkan pilihan-pilihan, dan variasi.
Bagi orang-orang kreatif, banyak hal terasa begitu cepat membosankan. Namun kebosanan mereka bukanlah kebosanan sederhana, yaitu kebosanan yang pemecahannya tergantung pada sumber-sumber pemenuhan dari luar dirinya. Kebosanan orang kreatif adalah kebosanan yang menantang dan menggerakkan dirinya untuk menemukan hal baru. Caranya? Ya, dengan mendayagunakan sumber-sumber, potensi, dan kemampuan mereka sendiri.
7. Bergairah
Sikap terbuka, keberanian mencoba, suka tantangan, variasi, dan memanjakan imajinasi membuat orang-orang kreatif selalu bergairah dalam segala yang dikerjakannya. Mereka seperti menikmati aliran energi kreatif sehingga nampak begitu terfokus, tak kenal lelah, suka lupa waktu, dan enggan diganggu jika berada dalam zona kreatifnya.
Kebiasaan orang-orang kreatif adalah menikmati dinamika masalah atau selalu mengalahkan tantangan yang dihadapi dengan antusias dan optimis. Ini yang membuat mereka begitu kaya dengan gagasan dan produktif dalam pekerjaannya. Orang kreatif memang selalu nampak segar dan dinamis.
Jangan lupa, kegairahan itu pun menunjukkan kemampuan mereka dalam mengalirkan energi positif pada diri sendiri maupun orang lain. Sebab itulah mereka cenderung menikmati humor, bahkan memanfaatkannya sebagai metode-metode khusus dalam memecahkan masalah. Tak sedikit dari mereka adalah penikmat atau produsen humor yang sejati.
Senin, 15 Februari 2010
JADWAL PELATIHAN
NO
|
NAMA PELATIHAN
|
TEMPAT
|
WAKTU
|
keterangan
|
1
|
BCM (Bermain Cerita dan menyanyi)
|
02-02- 2010
|
||
2
|
Tehnik Cerita
|
Purworejo
|
13-02-2010
|
|
3
|
Tehnik Cerita
|
Bener Purworejo
|
27 Maret 2010
|
|
4
|
BCM
|
Batam
|
10 April 2010
|
|
5
|
Tehnik Cerita
|
Purwakarta
|
17 April 2010/
|
Dalam Konfirmasi
|
6
|
Tehnik Cerita II
|
Purworejo
|
20 Maret 2010
|
|
7
|
||||
8
|
||||
9
|
||||
10
|