.: Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang :.

pak mario teguh

profilku

Minggu, 11 September 2011

mengapa Pendidikan Indonesia Rendah

7 FAKTA PENYEBAB PENDIDIKAN DI INDONESIA RENDAH

1. PEMBELAJARAN HANYA PADA BUKU PAKET

Di indonesia telah berganti beberapa kurikulum dari KBK menjadi KTSP. Hampir setiap menteri mengganti kurikulum lama dengan kurikulum yang baru. Namun adakah yang berbeda dari kondisi pembelajaran di sekolah-sekolah? TIDAK. Karena pembelajaran di sekolah sejak jaman dulu masih memakai KURIKULUM BUKU PAKET. Sejak era 60-70an, Pembelajaran di kelas tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Apapun kurikulumnya, guru hanya mengenal buku paket. Materi dalam buku paketlah yang menjadi "ACUAN" pengajaran guru. Sebagian Guru Tidak pernah mencari sumber refrensi lain sebagai acuan belajar.

2. PEMBELAJARAN DENGAN METODE CERAMAH

 

Metode pembelajaran yang menjadi favorit guru mungkin hanya satu, yaitu metode berceramah. Karena berceramah itu mudah dan ringan, tanpa modal, tanpa tenaga, tanpa persiapan yang rumit, Metode ceramah menjadi metode terbanyak yang diapakai guru karena memang hanya itulah metode yang benar-benar di kuasai sebagain besar guru. Pernahkah guru mengajak anak berkeliling sekolahnya untuk belajar ? Pernahkah guru membawa siswanya melakukan percobaan di alam lingkungan sekitar ? Atau pernahkah guru membawa seorang ilmuwan langsung datang di kelas untuk menjelaskan profesinya? mungkin hanya satu alasannya, yaitu Biaya


3. KURANGNYA SARANA BELAJAR



Sebenarnya, perhatian pemerintah itu sudah cukup, namun masih kurang cukup. Pemerintah yang semangat memberikan pelatihan pengajaran yang PAIKEM (dulunya PAKEM) tanpa memberikan pelatihan yang benar-benar memberi dampak dan pengaruh. Malah sebaliknya, pelatihan metode PAIKEM oleh pemerintah dilaksanakan dengan hanya berupa Ocehan belaka

4. PERATURAN YANG TERLALU MENGIKAT


Ini tentang KTSP, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang seharusnya sekolah memiliki kurikulum sendiri sesuai dengan karakteristiknya. Namun apa yang terjadi? Karena tuntutan RPP, SILABUS yang "membelenggu" kreatifitas guru dan sekolah dalam mengembangkan kekuatannya. Yang terjadi RPP banyak yang jiplakan (bahkan ada lho RPP dijual bebas, siapapun boleh meniru). Padahal RPP seharusnya unik sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah. Administrasi-administrasi yang "membelenggu" guru, yang menjadikan guru lebih terfokus pada administrator, sehingga guru lupa fungsi utama lainnya sebagai mediator, motivator, akselerator, fasilitator, dan lainnya

5. GURU TIDAK MENANAMKAN SOAL "BERTANYA"

Lihatlah pembelajaran di ruang kelas. Sepertinya sudah diseragamkan. Anak duduk rapi, tangan dilipat di meja, mendengarkan guru menjelaskan. seolah-olah Anak "Dipaksa" mendengar dan mendapatkan informasi sejak pagi sampai siang, belum lagi ada sekolah yang menerapkan Full Days. Anak diajarkan cara menyimak dan mendengarkan penjelasan guru, sementara kompetensi bertanya tak disentuh. Anak-anak dilatih sejak TK untuk diam saat guru menerangkan, untuk mendengarkan guru. Akibatnya Siswa tidak dilatih untuk bertanya. Siswa tidak dibiasakan bertanya, akibatnya siswa tidak berani bertanya. Selesai mengajar, guru meminta anak untuk bertanya. Heninglah suasana kelas. Yang bertanya biasanya anak-anak itu saja.

6. METODE PERTANYAAN TERBUKA TIDAK DIPAKAI

Salah satu ciri negara FINLANDIA yang merupakan negara ranking pertama kualitas pendidikannya adalah dalam ujian guru memberkan soal terbuka, siwa boleh menjawab soal dengan membaca buku. Sedangkan Di Indoneisa? tidak mungkin, guru pasti sudah berfikir, "nanti banyak yang nyontek dong," begitu kata seorang guru. Guru Indonesia belum siap menerapkan ini karena masih kesulitan membuat soal terbuka. Soal terbuka seolah-olah beban berat. Mendingan soal tertutup atau soal pilihan ganda, menilainya mudah, begitu kira-kira alasan guru sekarang.

7. FAKTA TENTANG MENYONTEK



Siswa menyontek itu biasa terjadi. tapi, guru tidak akan lelah untuk memperingatkannya, Tapi apakah kalian tahu kalau "guru juga menyontek" ? Ini lebih parah. Lihatlah tes-tes yang diikuti guru, tes pegawai negeri yang di ikuti guru, menyontek telah merasuki sosok guru. guru aja menyontek apalagi siswanya.





Namun untuk kedepan ini, Pemerintah sudah berupaya melakukan perubahan-perubahan dalam metode pembelajaran seperti saat proses belajar mengajar yang sudah menerapkan metode pertanyaan terbuka dan lain sebagainya. Hal ini sudah begitu membantu dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia ini  namun masih perlu di tingkatkan lagi. :)
ssumber : esema

Masih penasaran......baca selengkapnya

TEKNIK PIDATO DAN PRESENTASI YANG MENARIK

19 Rahasia Presentasi Sukses &-
Teknik Presentasi Menarik

Kemampuan presentasi atau public speaking skill sangat- diperlukan bagi siapa saja yang ingin meroket. Bush jadi- presiden Amerika juga berkat pidatonya yang sukses dan- sangat memukau...(Stephen R. Maloney, 1992).
Ada perbedaan serius antara presentasi sukses dan presentasi menarik. Presentasi sukses belum tentu menarik. Presentasi menarik belum tentu sukses! Jika sidang sarjana anda mendapatkan nilai A, itu artinya presentasi skripsi anda sukses luar biasa.
Tapi… presentasi skripsi anda itu bukan presentasi menarik! Bobot isinya mungkin bagus, tapi cara penyampaiannya dapat dipastikan kaku dan datar. Tanpa permainan ice breaker, tidak mendramatisir isi dan tanpa bumbu presentasi lainnya. Inilah contoh presentasi sukses yang tidak menarik.
Sebaliknya… banyak presentasi full humor tapi gagal mengemban misi utamanya. Tidak berbobot dan daya hunjamnya amat lemah. Itulah presentasi menarik yang tidak sukses…
Untuk menghadirkan presentasi sukses tentu tidak gampang. Cara membuat presentasi menarik juga tidak mudah. Apalagi gabungan keduanya, presentasi sukses dan menarik. Walau tidak mudah, tapi tidak sesulit yang anda bayangkan... Anda akan menemukan rahasianya di sini
Menguak 2 Kunci Sukses Presentasi yang Paling Menentukan, yaitu:
Kunci Peggy Noonan, dan
Kunci George Bush
Kedua kunci ini menguak rahasia bagaimana Bush yang selama ini tidak dikenal sebagai pembicara yang handal tiba-tiba berhasil memukau jutaan publik Amerika yang sangat kritis itu melalui pidatonya yang sukses dan sangat memukau. Dan... jadilah presiden!
Selanjutnya, dibahas 9 Teknik Presentasi Unggul.
Meliputi teknik bahasa, optimasi tubuh, teknik VIJAT (Volume, Intonasi, Jeda, Artikulasi dan Tempo). Teknik membina hubungan dengan peserta, menjinakkan peserta, menjawab pertanyaan. Juga ada teknik membuat presentasi power point dan teknik membawakan humor anti gagal.
Juga dibeberkan rahasia 8 Booster Penguat Presentasi Anda. Booster-booster ini memiliki fungsi penguatan yang berbeda-beda untuk menjadikan presentasi anda menguat beberapa kali.
Jika anda belum seluruhnya memahami (apalagi menggunakan) 2 Kunci + 9 Teknik + 8 Booster seperti tertera di atas, maka ebook-1 ini wajib anda baca!
Teknik memulai presentasi dengan pembukaan memikat, cara membuat kesan pertama begitu menggoda. Juga dibahas teknik membuat jembatan tema.

Teknik promosi tema anda hingga peserta merasa wajib buka mata pasang telinga mendengarkan presentasi anda dengan sangat antusias.
Teknik rekayasa dan mendramatisir isi hingga peserta anda benar-benar terpaku!
Contoh ceramah singkat Islami dengan teknik rekayasa : KLIK DI SINI. Teknik rekayasa dapat membuat tema biasa menjadi luar biasa. Baca pengakuan peserta pelatihan dan para pemakai ebook ini : KLIK DI SINI.
Teknik mengakhiri dengan penutup berkesan agar membekas di hati peserta.

Yang membuat paket ebook ini BENAR-BENAR beda adalah:
- Membahas berbagai teknik jitu untuk memoles presentasi anda
- Disajikan gudang dengan buaanyak contoh bumbu siap pakai
- Tidak hanya teknik dan gudang contoh, tapi anda akan dipandu agar dapat membuat bumbu sendiri dengan ditunjukkan cara dan sumber-sumber bahan mentahnya yang jumlahnya melimpah.

Bagaimana cara presentasi anda? Sudahkah anda:
Selalu mampu menghadirkan pembukaan memikat, penggoda kesan pertama?
Memahami pentingnya jembatan tema, dan cara membuatnya?
Menguasai teknik promosi tema, agar peserta merasa wajib mendengarkan?
Menguasai teknik rekayasa dan mendramatisir isi, untuk menghipnotis peserta?
Mampu menutup dengan kesan yang mendalam?
Saya yakin, ini ebook teknik presentasi dan rahasia yang anda cari selama ini.
Ebook setebal 183 halaman ini berisi 65 contoh bumbu presentasi siap pakai. Dilengkapi dengan 99 alternatif jembatan tema.
Walau cukup tebal, tapi dapat anda pilih baca berdasarkan kebutuhan. Pilih dan Klik, lalu copy-paste ke naskah anda...

Bumbu-bumbu ini dapat digunakan untuk menciptakan:
Pembukaan memikat (ice breaker)
Rekayasa isi yang mempesona
Penutup berkesan
Ebook ketiga ini dibuat dengan sistem yang berbeda dari kedua ebook di atas. Bisa dibilang software simple pencari bumbu presentasi. Dengan sistem navigasi yang praktis, anda tinggal PILIH dan KLIK tanpa koneksi internet!

Misal anda akan membawakan tema "Leadership".
Buka ebook-3 ini, anda akan disajikan 2 pilihan : | ISLAM | UMUM |
- Klik UMUM untuk ke tema-tema umum
- Klik "Leadership"
- Anda akan menemukan beberapa alternatif bumbu presentasi
- PILIH dan KLIK bumbu yang anda suka! (gak perlu konek internet, yo...)
Inilah alasan mengapa harus ebook, bukan buku cetak! Buku cetak nggak bisa di-KLIK. Buku cetak juga nggak bisa di copy-paste.
Pencarian dalam buku cetak yang memakan puluhan menit, dalam ebook dapat diselesaikan hanya dalam hitungan detik. Tinggal pilih dan klik, atau tinggal search. Menyalin tulisan dari buku cetak ke naskah anda juga memerlukan puluhan menit. Tapi menyalin dari ebook ke naskah/materi presentasi anda dapat dilakukan hanya dalam hitungan detik. Tinggal copy-paste.
Ebook "Presentasi Sukses dan Menarik", benar-benar solusi terbaik buat anda

Masih penasaran......baca selengkapnya

Jumat, 04 Juni 2010

les baca anak hebat indonesia

PASTIKAN Anak Anda sudah Bisa Membaca
Saat mendaftar kelas satu SD 


- Agar bisa mengikuti pelajaran SD dengan Lancar
_-Agar tidak Minder sejak hari pertamanya di sd
- Agar anda, anak anda dan gurunya disekolah tidak direpotkan dengan belajar membaca
- Agar mudah mengikuti les-les lain ( bahasa inggris, matematika dan musik), katrena sudah bisa membaca.

JIKA ANAK ANDA SUDAH KELAS 1 SD Pastikan sudah lancar membaca sebelum kenaikan kelas supaya tidak tinggal kelas
Kami siap membantu, segera hubungi kami\
LES ANAK HEBAT INDONESIA "EL-HAMSA"
AGEN RESMI DAN PERTAMA DIPURWOREJO
Jl. Letjen Suprapto RT 03/03 Tuksongo belakang stasiun Purworejo
no.HP. 085 228183399/ 088216284331 : kang deden
 

Masih penasaran......baca selengkapnya

Minggu, 02 Mei 2010

teori motivasi

Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan. Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain : (1) teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan); (2) Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi); (3) teori Clyton Alderfer (Teori ERG); (4) teori Herzberg (Teori Dua Faktor); (5) teori Keadilan; (6) Teori penetapan tujuan; (7) Teori Victor H. Vroom (teori Harapan); (8) teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku; dan (9) teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi. (disarikan dari berbagai sumber : Winardi, 2001:69-93; Sondang P. Siagian, 286-294; Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono,183-190, Fred Luthan,140-167) 1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan) Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual. Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya. Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa : • Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang; • Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya. • Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu. Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif. 2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi) Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.” Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah. 3. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG) Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan) Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa : • Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya; • Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan; • Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar. Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya. 4. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor) Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”. Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang. Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku. Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik. 5. Teori Keadilan Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu : • Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau • Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu : • Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya; • Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri; • Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis; • Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas di bagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke organisasi lain. 6. Teori penetapan tujuan (goal setting theory) Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. Bagan berikut ini menyajikan tentang model instruktif tentang penetapan tujuan 7. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan ) Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya. Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah. Di kalangan ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta menunjukkan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannnya itu. Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk memperolehnya. 8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut. Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku. Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan. Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari. Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya di tempat tugas. Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula. 9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi. Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu . Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d) kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang dihasilkan. Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah : (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya. oleh : Akhmad Sudrajat, M.Pd.

Masih penasaran......baca selengkapnya

Pembelajaran PAKEM


A. Apa itu PAKEM? PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut: 1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. 2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. 3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’ 4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. 5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. B. Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM? 1. Memahami sifat yang dimiliki anak Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud. 2. Mengenal anak secara perorangan Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal. 3.Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang. 4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu). 5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam PEMBELAJARAN karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah. 6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram. 7.Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka. 8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAKEMenyenangkan.’ C. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM? Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama PEMBELAJARAN. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru. Kemampuan Guru Pembelajaran Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam. Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal: Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri Gambar Studi kasus Nara sumber Lingkungan Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan. Siswa: Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri Menarik kesimpulan Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. Melalui: Diskusi Lebih banyak pertanyaan terbuka Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa. Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut. Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan Guru mengaitkan PEMBELAJARAN dengan pengalaman siswa sehari-hari. Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri. Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari Menilai PEMBELAJARAN dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus. Guru memantau kerja siswa Guru memberikan umpan balik

Masih penasaran......baca selengkapnya

mengenali orang dari golongan darahnya

Banyak cara untuk mengenali siswa lebih mendalam agar penanganan guru sangat tepat sesuai dengan kepribadian siswa. Salah satunya, guru dapat menegenali siswa melalui golongan darah siswa. Percaya atau tidak, golongan darah juga dapat memengaruhi kepribadian siswa. Golongan darah A Biasanya siswa yang bergolongan darah A berkepala dingin, serius, sabar dan kalem atau cool, bahasa kerennya. Berkarakter tegas, bisa diandalkan dan dipercaya meski keras kepala. Sebelum melakukan sesuatu dipikirkan terlebih dulu dan direncanakan dengan matang. Mereka mengerjakan segalanya dengan sungguh-sungguh dan konsisten, berusaha membuat diri sewajar mungkin. Mereka bisa kelihatan menyendiri dan jauh dari orang-orang. Mereka mencoba menekan perasaan mereka dan karena sering melakukannya jadi terlihat tegar kendati sebenarnya punya sisi yang lembek seperti gugup dan lain-lain sebagainya. Mereka cenderung keras terhadap orang-orang yang tak sependapat sehingga cenderung berada di sekitar orang-orang yang ber'temperamen' sama. Golongan darah B Siswa bergolongan darah B cenderung penasaran dan tertarik pada segalanya. Mereka juga cenderung punya terlalu banyak kegemaran dan hobi. Kalau sedang suka dengan sesuatu biasanya mereka menggebu-gebu tapi cepat juga bosan. Namun mereka bisa memilih mana yang lebih penting dari sekian banyak hal yang dikerjakannya. Mereka cenderung ingin jadi nomor satu dalam berbagai hal ketimbang hanya dianggap rata-rata. Tapi biasanya mereka cenderung melalaikan sesuatu jika terfokus dengan kesibukan yang lain. Dengan kata lain, mereka tak bisa mengerjakan sesuatu secara berbarengan. Mereka dari luar terlihat cemerlang, riang, bersemangat dan antusias. Namun sebenarnya hal itu semua sama sekali berbeda dengan yang ada dalam diri mereka. Mereka bisa dikatakan sebagai orang yang tak ingin bergaul dengan banyak orang. Golongan darah O Siswa yang bergolongan darah O biasanya berperan dalam menciptakan gairah untuk suatu grup selain menciptakan keharmonisan di antara para anggota grup tersebut. Figur mereka terlihat sebagai orang yang menerima dan melaksanakan sesuatu dengan tenang. Mereka pandai menutupi sesuatu sehingga kelihatan selalu riang, damai dan tak punya masalah sama sekali. Tapi kalau tak tahan, mereka pasti akan mencari tempat atau orang untuk curhat (tempat mengadu). Mereka biasanya pemurah (baik hati), senang berbuat kebajikan dan tak segan-segan mengeluarkan uang untuk orang lain. Mereka sebenarnya keras kepala juga, dan secara rahasia punya pendapatnya sendiri tentang berbagai hal. Di lain pihak, mereka sangat fleksibel dan mudah menerima hal-hal baru. Mereka cenderung mudah dipengaruhi oleh orang lain, begitu juga yang mereka lihat dari TV. Terlihat berkepala dingin dan terpercaya tapi sering tergelincir dan membuat kesalahan besar karena kurang hati-hati. Tapi hal itu yang menyebabkan orang yang bergolongan darah O ini dicintai. Golongan darah AB Siswa bergolongan darah AB ini punya perasaan sensitif dan lembut. Mereka penuh perhatian dengan perasaan orang lain dan selalu menghadapi orang lain dengan kepedulian serta hati-hati. Di samping itu mereka keras dengan diri sendiri, pun dengan orang-orang yang dekat dengannya. Mereka jadi cenderung kelihatan mempunyai dua kepribadian, sering menjadi orang yang sentimen dan memikirkan sesuatu terlalu dalam. Mereka punya banyak teman, tapi mereka butuh waktu untuk menyendiri untuk memikirkan persoalan-persoalan mereka.

Masih penasaran......baca selengkapnya

materi yang harus dikuasai guru proffesional

A. KONSEP BIMBINGAN DAN KONSELING • Hakikat dan Urgensi Bimbingan dan Konseling • Landasan Bimbingan dan Konseling • Tujuan Bimbingan dan Konseling • Fungsi, Prinsip dan Asas Bimbingan dan Konseling • Bidang Bimbingan dan Konseling • Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling • Posisi Pengembangan Diri dalam Bimbingan dan Konseling • Konsep Bimbingan Karier • Kesulitan Belajar dan Bimbingan Belajar • Informasi Karier • Layanan Bimbingan dan Konseling Sarat Nilai • Bimbingan dan Konseling di Sekolah • Pelayanan Bimbingan dan Konseling pada Sekolah Standar Nasional (SSN) • 15 Kekeliruan Pemahaman tentang Bimbingan dan Konseling • Kilas Balik Profesi Konselor di Indonesia • Rekonseptualisasi Bimbingan dan Konseling B. PROSES BIMBINGAN DAN KONSELING • Prosedur Umum Layanan Bimbingan dan Konseling • Proses Layanan Konseling Individual • Penanganan Siswa Bermasalah di Sekolah • Teknik Umum Konseling (I) • Teknik Umum Konseling (II) • Teknik Khusus Konseling • Pendekatan dan Teknik Konseling (PPT) • Pendekatan dan Teknik Konseling Behavioral • Pendekatan dan Teknik Konseling Rational-Emotif • Pendekatan dan Teknik Konseling Gestalt • Pendekatan dan Teknik Konseling Terapi Realitas • Pendekatan dan Teknik Konseling Psikoanalisis • Pendekatan dan Teknik Konseling Humanistik • Terapi Kognitif Behavioral • Konseling Pecandu Narkoba • Studi Kasus dalam Bimbingan dan Konseling • Konferensi Kasus untuk Membantu Mengatasi Masalah Siswa • Konseling FaceBook di Sekolah, Kenapa Tidak? • Pembelajaran Kompetensi Konseling Karir Mikro Melalui Metode Multi Inteligensi C. MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING • Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah • Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah • Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling • Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah • Pergeseran Pola Manajemen dan Proses Bimbingan dan Konseling • Bimbingan dan Konseling dalam Konteks Manajemen Peningkatan Mutu • Evaluasi Bimbingan dan Konseling Komprehensif • Kompetensi Konselor/Guru BK • Kualifikasi dan Kompetensi Konselor (Permendiknas No. 27/2008) • Tugas Guru BK/Konselor dan Pengawas Bimbingan dan Konseling Menurut PP No. 74 Tahun 2008 • Peran Kepala Sekolah, Guru, dan Wali Kelas • Perilaku Konselor yang Efektif dan Tidak Efektif • Keunikan dan Keterkaitan Layanan Guru dan Konselor • Standar Kompetensi Bimbingan dan Konseling di SD • Standar Kompetensi Bimbingan dan Konseling di SLTP • Standar Kompetensi Bimbingan dan Konseling di SLTA • Standar Kompetensi Bimbingan dan Konseling di PT • Rubrik Sertifikasi Konselor/Guru BK • Format Instrumen Penilaian Sertifikasi Guru BK/Konselor • Sertifikasi Konselor/Guru BK • Standar Ruang Bimbingan dan Konseling • Alat Ungkap Masalah • Inventori Tugas Perkembangan D. OPINI TENTANG BIMBINGAN DAN KONSELING • Menyoal tentang Ruang Bimbingan dan Konseling di Sekolah • Tips Advokasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah • Guru BK Tak Perlu Beri Solusi • Perjalanan Jauh Bimbingan dan Konseling sebagai sebuah Profesi • Penulis dan Konseling • In House Training di SMA Negeri 1 Kadugede • In House Training di SMA Negeri 1 Garawangi • Seminar BK di UNIKU E. MAKALAH ASING TENTANG BIMBINGAN DAN KONSELING • School Counselor and Principals • Comprehensive Guidance and Counseling Programs Use of Guidance Curricula Materials • Guidance and Counseling Comprehensive Programs : Evolution of Accountability (Norman C. Gysbers) • Counselors Role in a Changing F. DOWNLOAD SEPUTAR BIMBINGAN DAN KONSELING (Klik Disini) Makalah dan Artikel Psikologi Pendidikan A. KONSEP-KONSEP PSIKOLOGI • Psikoanalisis • Behaviorisme • Psikologi Humanistik • Memahami Perilaku Individu • Taksonomi Perilaku Individu • Memahami Emosi Individu • Pengaruh Faktor Keturunan terhadap Individu • Pengaruh Lingkungan terhadap Individu • Pola Relasi Orang Tua-Anak dan Pengaruhnya terhadap Individu • Kemampuan Individu • Kecerdasan Individu Delinkuen • Teori-Teori Motivasi • Hakikat Cinta • Perilaku Sosial • Self (Diri) • Ciri-Ciri Kepribadian yang Sehat dan Tidak Sehat • Resep Gambaran Kepribadian Sukses ala New Psycho-Cybernetics • Duapuluh Ciri-Ciri Orang Inovatif • Sekilas tentang Harga Diri (Self Esteem) • Duapuluh Ciri Kedewasaan yang Sesungguhnya • Sepuluh Kebiasaan Pribadi Sukses • Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran B. PERKEMBANGAN INDIVIDU • Konsep Perkembangan Individu • Perkembangan Kognitif • Perkembangan Individu secara Didaktis • Perkembangan Karier • Perkembangan Kepribadian • Perkembangan Perilaku Konatif • Perkembangan Moralitas • Perkembangan Keagamaan • Karakteristik Perilaku dan Pribadi Pada Masa Remaja • Problema Masa Remaja C. APLIKASI PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN • Umpan Balik yang Efektif bagi Siswa • Tujuh Prinsip Praktik Pembelajaran yang Baik • Guru dan Siswa yang Terintimidasi • Program Induksi untuk Mencegah Malpraktik dalam Pendidikan • Psikologi Pendidikan dan Guru • Konstribusi Psikologi terhadap Pendidikan • Hakikat Belajar • Teori-Teori Belajar • Upaya Mencegah Kecemasan Siswa di Sekolah • Disiplin Siswa di Sekolah • Kreativitas di Sekolah • Rasa Cinta dalam Pendidikan • Aplikasi Teori Kebutuhan Maslow di Sekolah • Pengembangan Aktivitas, Kreativitas dan Motivasi Siswa • Perilaku Nyontek di Sekolah • Sekolah Berbahaya • IQ, EQ dan SQ: Dari Kecerdasan Tunggal ke Kecerdasan Majemuk • Bagaimana Menghilangkan Cemas & Memulai Hidup Baru • Mengelola Stres • 14 Cara Menumbuhkan Semangat Kerjasama di Sekolah • Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar Makalah dan Artikel Kurikulum dan Pembelajaran A. Konsep Kurikulum • Pengertian Kurikulum • Teori Pendidikan dan Kurikulum • Landasan Pengembangan Kurikulum • Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum • Model Pengembangan Kurikulum • Komponen-Komponen Kurikulum • Manajemen Kurikulum • Perubahan Kurikulum • Pengelolaan Kurikulum pada Sekolah Standar Nasional • Pengembangan Diri Dalam KTSP • Informasi Seputar KTSP • Perbandingan Kurikulum 2004 dengan KTSP B. Konsep Pembelajaran • Konsep PAKEM • Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif • Quantum Learning • Pembelajaran Kontekstual • Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) • Teori Belajar Konstruktivisme • Lima Unsur Lingkungan Pembelajaran Konstruktivisme • Empat Pilar Belajar • Pembelajaran Pengayaan dalam KTSP • Pembelajaran Remedial dalam KTSP • Konsep Dasar Pendidikan Berbasis Keunggulan (PBKL) • Pembelajaran Tematik di Kelas Awal SD • Hakikat Pendidikan • Pendekatan-Pendekatan dalam Teori Pendidikan • Pendidikan yang Memerdekakan • Pendidikan dari Jaman ke Jaman • Pendidikan Multikultural di Indonesia • Pendidikan Holistik • Pendidikan Sepanjang Hayat (I) • Pendidikan Sepanjang Hayat (II) • Konsep, Ruang Lingkup, dan Sasaran Pendidikan Umum • Pergeseran Paradigma Pendidikan dari Behavioristik ke Konstruktivistik • Komparasi Pembelajaran Behavioristik dan Kontruktivistik • 10 Megatrend tentang Belajar • 9 Prinsip Pendidikan Orang Dewasa • Peran Pendidikan Menuju Bangsa Yang Bermartabat C. Proses Pembelajaran • Persiapan Mengajar • Tujuan Pembelajaran Sebagai Komponen Penting dalam Pembelajaran • Panduan Umum Pengembangan SIlabus • Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model Pembelajaran • Strategi Pembelajaran • Prosedur Pembelajaran • Pengembangan Bahan Ajar • Model Pembelajaran Inovatif (I) • Model Pembelajaran Inovatif (II) • Cooperative Lerning -Metode Jigsaw • Pembelajaran Kooperatif – Metode Group Investigation • Model Pembelajaran Afektif • Model Pembelajaran pada Sekolah Standar Nasional • Media Pembelajaran • SlideShare.net untuk Pembelajaran • Teknologi Pembelajaran • Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Teknologi Pembelajaran • Sumber Belajar untuk Mengefektifkan Pembelajaran • Ice Break Tayangan Multimedia • Game (Ice Break) dalam Pembelajaran (I) • Game (ice Break) dalam Pembelajaran (II) • Game (Ice Break) dalam Pembelajaran (III) • Teknik Pengelolaan Kelas • Penataan Tempat Duduk dalam Pengelolaan Kelas • Team Teaching D. Penilaian Pembelajaran • Penilaian Pembelajaran dalam KTSP • Kriteria Ketuntasan Minimal (I) • Kriteria Ketuntasan Minimal (II) • Kontroversi Ujian Nasional • Inilah Aneka Berita Seputar Pro-Kontra Kebijakan Ujian Nasional • Penilaian Portofolio • Pengembangan Indikator dalam KTSP • Penilain Ranah Psikomotorik • Penilaian Ranah Afektif • Sistem Penilaian Pada Sekolah Standar Nasional E. Tentang Guru • Peran Guru dalam Pendidikan • Guru sebagai Motivator • Guru sebagai Fasilitator • Ciri-Ciri Guru Konstruktivis • Guru dan KTSP • Guru dan Praktik Pembelajarannya • Proposisi Inti Kompetensi Guru • Bentuk Budaya Guru • Peran Kepala Sekolah dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru • Manajemen Kinerja Guru • Lima Cara Guru Belajar • Revitalisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) • Pelatihan Guru • Pemberdayaan Guru • Masalah Sertifikasi Guru (I) • Masalah Sertifikasi Guru (II) • Sebelas Asumsi Pendidik akan Diperlakukan dengan Hormat • Tugas Guru Mata Pelajaran Menurut Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 • Tips Sukses Menjadi Guru ala Gisele Glosser • Mewaspadai Berbagai Penyakit yang Dapat Menyerang Guru F. Inovasi dan Peningkatan Mutu Pembelajaran • Peningkatan Mutu Pembelajaran • Penelitian Tindakan Kelas (I) • Penelitian Tindakan Kelas (II) • Karya Tulis Ilmiah Guru • Persyaratan dan Kriteria Karya Tulis Ilmiah Guru • Supervisi Klinis untuk Perbaikan Pembelajaran • Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran • Menggagas Lesson Study di SMP Negeri 1 Kadugede-Kabupaten Kuningan G. Download Seputar KTSP (Klik Disini) Makalah dan Artikel Manajemen Pendidikan A. KONSEP DAN SUBSTANSI MANAJEMEN PENDIDIKAN • Konsep Dasar Manajemen Sekolah • Konsep Dasar Manajemen Peserta Didik • Konsep Dasar Manajemen Keuangan Sekolah • Konsep Dasar Manajemen Peran Serta Masyarakat • Manajemen Sekolah dalam Upaya Mengantisipasi Perubahan • Manajemen Kinerja Guru • Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah dan KTSP • Konsep Visi Sekolah • Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) • Analisis Situasi Sekolah dalam Pengembangan KTSP • Strategi Pengembangan Sekolah Unggul • Sepuluh Langkah Menjaga Kehidupan Inovasi dalam Organisasi • Difusi Inovasi • Makna Baru Perubahan Pendidikan • Image Perubahan Pendidikan • Enam Mithos tentang Kreativitas • Sepuluh Cara Meningkatkan Inovasi • Budaya Organisasi di Sekolah • Pengembangan Budaya Sekolah • Sekolah Sehat dan Sekolah Sakit • Iklim Sekolah Kaitannya dengan Hasil Akademik dan Non Akademik Siswa • Konsep Disiplin Kerja • Tiga Belas Ciri Sekolah Bermutu • Mutu Pendidikan Kita Rendah… Salah Siapa? • Memperbaiki Mutu Pendidikan Sekolah Melalui Team Work • Konsep Dasar Sekolah Kategori Mandiri-Sekolah Standar Nasional • Peran Strategis Komite Sekolah • Tujuh Sikap Mencairkan Konflik di Sekolah • Sebelas Karakteristik Manajemen Sekolah • [download] Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2009 tentang Tambahan Penghasilan Bagi Guru PNS • Sekilas Mengenal tentang Tunjangan Profesi Guru • [Download] Petunjuk Teknis Pembayaran Tunjangan Profesi Guru Tahun 2010 • Sekilas tentang Biaya Pendidikan B. KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN • Kepemimpinan Pendidikan • Kepemimpinan Kepala Sekolah • Kompetensi Kepala Sekolah • Kualifikasi Kepala Sekolah • Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah • Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah • Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah • Tujuh Puluh Persen (70%) Kepala Sekolah Tidak Kompeten • Kepemimpinan Perempuan • Tigas Belas Faktor Menjadi Kepala Sekolah yang Efektif • Profil Manajer dan Pemimpin Pendidikan yang Dibutuhkan Saat ini C. PENGAWASAN PENDIDIKAN • Hakikat Pengawasan Sekolah • Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas Sekolah • Perencanaan, Pelaksanaan dan Pelaporan Pengawasan • Quality-Based Educational Supervision (QBES): Membangun Pengawasan Pendidikan yang Berorientasi Mutu • Kualifikasi Pengawas Sekolah • Kompetensi Pengawas Sekolah • Pembinaan dan Pengembangan Karier Pengawas Sekolah • Standar Mutu Pengawas Sekolah • Peran Pengawas Sekolah Harus Direvitalisasi • [Kompetensi Sosial Pengawas] Mengembangkan Kemitraan • [Kompetensi Sosial Pengawas] Mengembangkan Komunikasi Efektif • Program Penguatan Kemampuan Kepala dan Pengawas Sekolah 2010 • Peran Pengawas Sekolah Harus Direvitalisasi D. SUBSTANSI TUGAS-TUGAS KEPENGAWASAN PENDIDIKAN • Akreditasi Sekolah • Sekilas tentang Kebijakan Akreditasi Sekolah • Sekilas tentang Visitasi Akreditasi Sekolah • Koleksi Instrumen Supervisi • Instrumen Kinerja Sekolah Standar Nasional • Konsep Penilaian Portofolio Guru • Konsep Penilaian Kinerja Guru • Evaluasi Kinerja Guru oleh Siswa • Kepengawasan di Belanda (Makalah dari luar) • Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas • [download] Permendiknas RI No. 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan • [download] Buku 1 Pedoman Peserta Sertifikasi Guru dan Pengawas Sekolah Tahun 2010 • [Download Edisi Revisi] Buku Pedoman Penetapan Peserta Sertifikasi Guru Tahun 2010 • Informasi Terkini tentang Penyelenggaraan Sertifikasi Guru Tahun 2010 • Program Pengawasan Sekolah E. DOWNLOAD ANEKA INSTRUMEN SIPERVISI (Klik Disini) F. DOWNLOAD ANEKA REGULASI PENDIDIKAN (Klik Disini) G. DOWNLOAD SEPUTAR MANEJEMEN Klik (Disini) Makalah dan Artikel Sosial, Budaya dan Filsafat A. SOSIAL-BUDAYA 1. Tentang Korupsi • Korupsi di Indonesia Ibarat Kanker Ganas: Jangan Mati Gara-gara Korupsi • Prihatin ! Ketua KPK Dicegah ke Luar Negeri • KPK Temukan Potensi Penyimpangan DAK Pendidikan Rp. 2,2 Trilyun • [opini] KPK… Haruskah Tamat Riwayatmu? • Inilah Korupsi di Dunia Pendidikan Kita • Benda dan Manusia Busuk 2. Tentang Politik • Kabinet Indonesia Bersatu II Dilihat dari Latar Pendidikan dan Usia • Hasil Quick Count Pilpres 2009, SBY-Boediono Presiden RI Periode 2009-2014 • Catatan Atas Visi Pendidikan Capres dan Wapres: “Judul Tanpa Isi” • MEGAWATI-PRABOWO, SBY-BOEDIONO, JK-WIRANTO, Ayo Keluarkan Isi Benak Anda tentang Pendidikan di Negeri ini! • Pembelajaran diri dalam PEMILU Legislatif 2009 • Partai Golput • Benarkah Bom Ritz Calton-Marriott Terkait dengan Hasil Pilpres 2009 • Inilah Program 100 hari Depdiknas • Inilah Berita-Berita Miring Seputar Acara Debat Capres 2009 • Guru Ratu dan Orang Tua: Kepentingannya dengan RUU Pornografi dan Pornoaksi • Wafatnya Soeharto dan Pendidikan Demokrasi 3. Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi • Sekolah sebagai Agen Penyebar Virus Positif Karakter dan Budaya Bangsa • Membaca untuk Pengetahuan • Fenomena 2012 Ternyata Hanya Siklus 11 Tahunan • Inilah Program 100 Hari Depdiknas • Inilah Muslim dan Muslimah yang Pernah Menjelajah Ruang Angkasa • Jaman Pra Listrik dan Pasca Listrik • Hati-hati ! Printer Laser Berpotensi Membahayakan Tubuh Anda • Cadillac One: Mobil Dinas Obama • Mengenal Bugiakso: Sang Penggagas Blog Competition 2009 • Dicari Buku-Buku tentang Model Pembelajaran Inovatif yang Lengkap • Qalam: Majalah Psikologi Islam • Majalah Ilmiah Populer Bina Akademika 4. Tentang Blog dan Internet • Gara-gara nge-blog, dipanggil Depdiknas • [Bad Connection] Setelah Kebijakan Tarif Baru TelkomselFlash • Sisi Lain tentang Mesin Pencari (Search Engine) di Jagat Maya • Workshop Penyempurnaan Bahan Ajar Berbasis TIK • Pengalaman Satu Tahun Menjadi Blogger • Perubahan Situs • Menjadi Peringkat Pertama di “Blog-Indonesia” • Situs ABKIN seperti Rumah yang Terlantar • Inilah 100 Blog Paling Populer Tahun 2009 Versi blog-indonesia.com!

Masih penasaran......baca selengkapnya

Sabtu, 01 Mei 2010

Quantum learning

Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan. Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik-teknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas (yang terkait dengan sifat jurnalisme). Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Para murid di dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-poster besar, yang menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni pengajaran sugestif bermunculan. Prinsip suggestology hampir mirip dengan proses accelerated learning, pemercepatan belajar: yakni, proses belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Suasana belajar yang efektif diciptakan melalui campuran antara lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara berpikir positif, dan emosi yang sehat. “Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan posistif – faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang (Bobby De Porter dan Hernacki, 1992) Selanjutnya Porter dkk mendefinisikan quantum learning sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.” Mereka mengamsalkan kekuatan energi sebagai bagian penting dari tiap interaksi manusia. Dengan mengutip rumus klasik E = mc2, mereka alihkan ihwal energi itu ke dalam analogi tubuh manusia yang “secara fisik adalah materi”. “Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya”. Pada kaitan inilah, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. Termasuk konsep-konsep kunci dari teori dan strategi belajar, seperti: teori otak kanan/kiri, teori otak triune (3 in 1), pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestik), teori kecerdasan ganda, pendidikan holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol (metaphoric learning), simulasi/permainan. Beberapa hal yang penting dicatat dalam quantum learning adalah sebagai berikut. Para siswa dikenali tentang “kekuatan pikiran” yang tak terbatas. Ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang dimilliki oleh Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah yang memerikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian Global Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang anak 6-7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan “cara yang menyenangkan dan bebas stres”. Bagaimana faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan telah menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini menegaskan bahwa kegagalan, dalam belajar, bukan merupakan rintangan. Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat pendamping dan pendorong bagi keberhasilan dalam proses belajar. Setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan “kegembiraan dan tepukan.” Berdasarkan penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan struktur otak manusia bekerja, dibuat model pembelajaran yang dapat mendorong peningkatan kecerdasan linguistik, matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intarpersonal, dan intuisi. Bagaimana mengembangkan fungsi motor sensorik (melalui kontak langsung dengan lingkungan), sistem emosional-kognitif (melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan kecerdasan yang lebih tinggi (melalui perawatan yang benar dan pengondisian emosional yang sehat). Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak “kiri dan kanan”. Proses berpikir otak kiri (yang bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional), misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-tugas teratur yang bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detil dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Proses berpikir otak kanan (yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik), dikenakan dengan proses pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan nonverbal (seperti perasaan dan emosi), kesadaran akan perasaan tertentu (merasakan kehadiran orang atau suatu benda), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi. Semua itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang menargetkan tumbuhnya “emosi positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri.” Keempat unsur ini bila digambarkan saling terkait. Dari kehormatan diri, misalnya, terdorong emosi positif yang mengembangkan kekuatan otak, dan menghasilkan keberhasilan, lalu (balik lagi) kepada penciptaan kehormatan diri. Dari proses inilah, quantum learning menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Membuat simulasi konsep belajar aktif dengan gambaran kegiatan seperti: “belajar apa saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang Anda pelajari untuk keuntungan Anda, mengupayakan agar segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan.” Gambaran ini disandingkan dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya potensi belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.” Dalam kaitan itu pula, antara lain, quantum learning mengonsep tentang “menata pentas: lingkungan belajar yang tepat.” Penataan lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar. Peserta didik quantum dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Dengan mengatur lingkungan belajar demikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar. Penataan lingkungan belajar ini dibagi dua yaitu: lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik melakukan proses belajar (bekerja dan berkreasi). Quantum learning menekankan penataan cahaya, musik, dan desain ruang, karena semua itu dinilai mempengaruhi peserta didik dalam menerima, menyerap, dan mengolah informasi. Ini tampaknya yang menjadi kekuatan orisinalitas quantum learning. Akan tetapi, dalam kaitan pengajaran umumnya di ruang-ruang pendidikan di Indonesia, lebih baik memfokuskan perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur seperti: meja, kursi, tempat khusus, dan tempat belajar yang teratur. Target penataannya ialah menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan santai mendorong siswa untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu belajar dengan sangat mudah. Keadaan tegang menghambat aliran darah dan proses otak bekerja serta akhirnya konsentrasi siswa. Lingkungan makro ialah “dunia yang luas.” Peserta didik diminta untuk menciptakan ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk memperluas lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya. “Semakin siswa berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir mengatasi sistuasi-situasi yang menantang dan semakin mudah Anda mempelajari informasi baru,” tulis Porter. Setiap siswa diminta berhubungan secara aktif dan mendapat rangsangan baru dalam lingkungan masyarakat, agar mereka mendapat pengalaman membangun gudang penyimpanan pengertahuan pribadi. Selain itu, berinteraksi dengan masyarakat juga berarti mengambil peluang-peluang yang akan datang, dan menciptakan peluang jika tidak ada, dengan catatan terlibat aktif di dalam tiap proses interaksi tersebut (untuk belajar lebih banyak mengenai sesuatu). Pada akhirnya, interaksi ini diperlukan untuk mengenalkan siswa kepada kesiapan diri dalam melakukan perubahan. Mereka tidak boleh terbenam dengan situasi status quo yang diciptakan di dalam lingkungan mikro. Mereka diminta untuk melebarkan lingkungan belajar ke arah sesuatu yang baru. Pengalaman mendapatkan sesuatu yang baru akan memperluas “zona aman, nyaman dan merasa dihargai” dari siswa. Sumber : Septiawan Santana Kurnia, Quantum Learning bagi Pendidikan Jurnalistik: (Studi pembelajaran jurnalistik yang berorientasi pada life skill); on line : Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan www.depdiknas.go.id

Masih penasaran......baca selengkapnya

psikologi humanistik

Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya. Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme serta dipandang sebagai “kekuatan ketiga “ dalam aliran psikologi. Psikoanalisis dianggap sebagai kekuatan pertama dalam psikologi yang awal mulanya datang dari psikoanalisis ala Freud yang berusaha memahami tentang kedalaman psikis manusia yang dikombinasikan dengan kesadaran pikiran guna menghasilkan kepribadian yang sehat. Kelompok psikoanalis berkeyakinan bahwa perilaku manusia dikendalikan dan diatur oleh kekuatan tak sadar dari dalam diri. Kekuatan psikologi yang kedua adalah behaviorisme yang dipelopori oleh Ivan Pavlov dengan hasil pemikirannya tentang refleks yang terkondisikan. Kalangan Behavioristik meyakini bahwa semua perilaku dikendalikan oleh faktor-faktor eksternal dari lingkungan. Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan. Dalam hal ini, James Bugental (1964) mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama dari psikologi humanistik, yaitu: (1) keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen; (2) manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya; (3) manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain; (4) manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihanya; dan (5) manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan kreativitas. Terdapat beberapa ahli psikologi yang telah memberikan sumbangan pemikirannya terhadap perkembangan psikologi humanistik. Sumbangan Snyggs dan Combs (1949) dari kelompok fenomenologi yang mengkaji tentang persepsi. Dia percaya bahwa seseorang akan berperilaku sejalan dengan apa yang dipersepsinya. Menurutnya, bahwa realitas bukanlah sesuatu yang yang melekat dari kejadian itu sendiri, melainkan dari persepsinya terhadap suatu kejadian. Dari pemikiran Abraham Maslow (1950) yang memfokuskan pada kebutuhan psikologis tentang potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil pemikirannya telah membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang, yang merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan humanistik. Morris (1954) meyakini bahwa manusia dapat memikirkan tentang proses berfikirnya sendiri dan kemudian mempertanyakan dan mengoreksinya. Dia menyebutkan pula bahwa setiap manusia dapat memikirkan tentang perasaan-persaannya dan juga memiliki kesadaran akan dirinya. Dengan kesadaran dirinya, manusia dapat berusaha menjadi lebih baik. Carl Rogers berjasa besar dalam mengantarkan psikologi humanistik untuk dapat diaplikasian dalam pendidikan. Dia mengembangkan satu filosofi pendidikan yang menekankan pentingnya pembentukan pemaknaan personal selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan melalui upaya menciptakan iklim emosional yang kondusif agar dapat membentuk pemaknaan personal tersebut. Dia memfokuskan pada hubungan emosional antara guru dengan siswa Berkenaan dengan epistemiloginya, teori-teori humanistik dikembangkan lebih berdasarkan pada metode penelitian kualitatif yang menitik-beratkan pada pengalaman hidup manusia secara nyata (Aanstoos, Serlin & Greening, 2000). Kalangan humanistik beranggapan bahwa usaha mengkaji tentang mental dan perilaku manusia secara ilmiah melalui metode kuantitatif sebagai sesuatu yang salah kaprah. Tentunya hal ini merupakan kritikan terhadap kalangan kognitivisme yang mengaplikasikan metode ilmiah pendekatan kuantitatif dalam usaha mempelajari tentang psikologi. Sebaliknya, psikologi humanistik pun mendapat kritikan bahwa teori-teorinya tidak mungkin dapat memfalsifikasi dan kurang memiliki kekuatan prediktif sehingga dianggap bukan sebagai suatu ilmu (Popper, 1969, Chalmers, 1999). Hasil pemikiran dari psikologi humanistik banyak dimanfaatkan untuk kepentingan konseling dan terapi, salah satunya yang sangat populer adalah dari Carl Rogers dengan client-centered therapy, yang memfokuskan pada kapasitas klien untuk dapat mengarahkan diri dan memahami perkembangan dirinya, serta menekankan pentingnya sikap tulus, saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas konselor hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik asesmen dan pendapat para konselor bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment atau pemberian bantuan kepada klien. Selain memberikan sumbangannya terhadap konseling dan terapi, psikologi humanistik juga memberikan sumbangannya bagi pendidikan alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik (humanistic education). Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan individu secara keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan humanistik ini. Sumber : Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja. http://en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_education http://en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_psychology http://rumahbelajarpsikologi.com

Masih penasaran......baca selengkapnya

Teori Psikologi Behaviorisme

Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang meyakini bahwa untuk mengkaji perilaku individu harus dilakukan terhadap setiap aktivitas individu yang dapat diamati, bukan pada peristiwa hipotetis yang terjadi dalam diri individu. Oleh karena itu, penganut aliran behaviorisme menolak keras adanya aspek-aspek kesadaran atau mentalitas dalam individu. Pandangan ini sebetulnya sudah berlangsung lama sejak jaman Yunani Kuno, ketika psikologi masih dianggap bagian dari kajian filsafat. Namun kelahiran behaviorisme sebagai aliran psikologi formal diawali oleh J.B. Watson pada tahun 1913 yang menganggap psikologi sebagai bagian dari ilmu kealaman yang eksperimental dan obyektif, oleh sebab itu psikologi harus menggunakan metode empiris, seperti : observasi, conditioning, testing, dan verbal reports. Teori utama dari Watson yaitu konsep stimulus dan respons (S-R) dalam psikologi. Stimulus adalah segala sesuatu obyek yang bersumber dari lingkungan. Sedangkan respon adalah segala aktivitas sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi. Watson tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku dan perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting. Pemikiran Watson menjadi dasar bagi para penganut behaviorisme berikutnya. Teori-teori yang dikembangkan oleh kelompok behaviorisme terutama banyak dihasilkan melalui berbagai eksperimen terhadap binatang. Berikut ini disajikan beberapa teori penting yang dihasilkan oleh kelompok behaviorisme: 1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike. Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya: • Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons. • Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. • Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih. 2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya : • Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat. • Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun. 3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya : • Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat. • Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah. Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning. 4. Social Learning menurut Albert Bandura Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.

Masih penasaran......baca selengkapnya